Kerentanan Kesehatan Jiwa pada Orang dengan HIV

Lecture Series tentang Kesehatan Jiwa bagi Orang dengan HIV
Lecture Series tentang Kesehatan Jiwa bagi Orang dengan HIV

Penerimaan diri bukan hal yang mudah bagi orang dengan HIV. Ketika menerima hasil diagonis untuk pertama kalinya, orang dengan HIV bisa merasa mendapatkan vonis berat dalam hidup. Studi menyatakan bahwa banyak orang dengan HIV mengalami rasa tertekan, rasa bersalah, dan kesepian setelah menerima hasil HIV positif. Kompleksitas masalah penerimaan diri tersebut kemudian mempengaruhi berlipatnya risiko gangguan kesehatan jiwa bagi orang dengan HIV. Misalnya saja, kesulitan mendapatkan layanan kesehatan, kehilangan dukungan sosial, kehilangan pekerjaan, hingga menghadapi stigma dan diskriminasi terkait HIV dan AIDS.

Populasi Kunci dan Kesehatan Mental

Runutan permasalahan lain adalah kenyataan bahwa orang dengan HIV datang dari kelompok populasi berisiko tinggi, yaitu Populasi Kunci. Populasi Kunci merupakan kelompok marjinal seperti pengguna napza suntik, pekerja seks, laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki (LSL), dan transgender.

Posisi marjinal sebagai orang dengan HIV memengaruhi secara signifikan kesehatan jiwa mereka. Sayangnya, irisan ini sering terlupa. Padahal, interseksi tiga topik tersebut penting untuk memahami permasalahan ini.

Untuk membahas permasalahan ini, PPH UAJ mengangkat tema “HIV dan Kesehatan Jiwa” pada kegiatan Lecture Series. Lecture Series ini pada Rabu siang (4/3) di Gedung Yustinus, Kampus Semanggi, UNIKA Atma Jaya, Lecture Series kali ini mengundang empat orang pembicara dan dipandu oleh seorang moderator.

  • Belinda Hutapea (Ikatan Perempuan Positif Indonesia (IPPI))
  • Sepi Maulana (Inti Muda Indonesia)
  • Sarahsita Hendrianti M.Psi., Psikolog (Peneliti HATI)
  • Debby Irani, M.Psi., Psikolog (Psikolog Klinis Puskesmas Tebet)

Iman Abdurrakhman selaku Advokasi, PPH UAJ memoderasi Lecture Series ini.

Kondisi Kesehatan Jiwa bagi Orang dengan HIV

Pemaparan materi menarik antusias peserta yang datang dari berbagai latar belakang dan wilayah domisili. Mulai mahasiswa dari UNIKA Atma Jaya dan kampus sekitar, tenaga kesehatan yang bekerja di Puskesmas area Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan, hingga aktivis HIV yang memusatkan kegiatan aktivismenya di Bogor.

Saya cukup banyak mendapatkan pasien yang juga memiliki status HIV Positif. Ada berbagai masalah kejiwaan pada orang dengan HIV yang saya jumpai seperti kurang percaya diri dan merasa tidak berguna bagi lingkungan; merasa bisa mengatasi semua masalah yang dihadapi secara sendiri, namun sulit memecahkan masalah; lalu dapat memicu munculnya gangguan lain seperti schizophrenia, depresi, dan gangguan kepribadian.”

Debby Irani, M.Psi., Psikolog Klinis Puskesmas Tebet

Sarahsita Hendrianti, M.Psi., Psikolog yang merupakan bagian dari peneliti HIV Awal (Early Testing & Treatment Indonesia (HATI), pun turut mengamini permasalahan kesehatan jiwa pada orang dengan HIV. Masalah yang umum terjadi adalah adiksi, gangguan depresi, dan masalah sosio-emosional. Sementara itu, stigma dan diskriminasi oleh orang dengan HIV berisiko menimbulkan gejala kecemasan, Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD) dan penurunan self-esteem.

Terungkapnya kerentanan orang dengan HIV dalam mengalami masalah kesehatan jiwa menjadi tantangan untuk Indonesia. Kolaborasi multi-pihak antara Pemerintah, akademisi, tenaga medis, dan pihak lainnya menjadi kunci dalam penyelesaian masalah ini. Seluruh pihak perlu bersinergi dan berbagi informasi terkait permasalahan ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Skip to content