Anak dan remaja dengan HIV di Indonesia menghadapi potensi pelanggaran hak asasi manusia (HAM). Pada tahun 2023, lebih dari 14.000 anak berusia 1-14 tahun di Indonesia hidup dengan HIV. Angka ini terus meningkat setiap tahunnya. Situasi ini menuntut perhatian dari pemerintah, masyarakat, dan lembaga non-pemerintah untuk menindaklanjuti pelanggaran HAM kepada mereka.
Mengapa Anak dengan HIV rentan terhadap pelanggaran HAM?
Anak dan remaja dengan HIV memiliki risiko diskriminasi di lingkungan sosial dan akses layanan kesehatan. Ibu rumah tangga yang terinfeksi HIV melalui pasangan berpotensi menularkan virus ini kepada anakmereka saat hamil, melahirkan, dan menyusui. Saat ini, sekitar 45% bayi yang lahir dari ibu dengan HIV juga akan terinfeksi HIV. Sayangnya, kurangnya pemberitaan tentang situasi ini mengabaikan bahaya yang lebih besar, termasuk hingga pelanggaran HAM bagi anak dengan dengan HIV.
HAM dan anak yang hidup dengan HIV
Pemerintah memiliki kewajiban untuk melindungi, menghormati, dan memenuhi hak asasi manusia bagi anak-anak dengan HIV. Komnas HAM memiliki mandat untuk memastikan bahwa anak dengan HIV mendapatkan hak yang sama seperti anak-anak lainnya. Prinsip Hak Anak, seperti non-diskriminasi dan hak untuk hidup dan berkembang, harus menjadi dasar dalam penyusunan kebijakan dan tindakan pemerintah.
Namun, kurangnya integrasi data antara berbagai kementerian dan kurangnya edukasi mengenai HIV membuat meeka semakin rentan. Komnas HAM juga menemukan banyak kasus diskriminasi yang belum mendapatkan perhatian dari masyarakat dan pemerintah.
Edukasi dan advokasi untuk mencegah pelanggaran HAM
Salah satu hal yang paling mendesak dalam melawan stigma dan diskriminasi terhadap anak dengan HIV adalah edukasi. Kurangnya pengetahuan mengenai HIV di kalangan masyarakat menyebabkan anak dengan HIV sering kali terabaikan dan dikucilkan. Eksklusi dari institusi pendidikan dan akses layanan kesehatan merupakan bagian dari pelanggaran HAM. Maka dari itu, intervensi berbasis hak anak menjadi kunci untuk meminimalisir pelanggaran HAM dan memastikan anak-anak ini mendapatkan perlindungan. Intervensi ini dapat berupa kampanye publik dan peningkatan kapasitas untuk aparatur sipil negara dalam menangani anak dan remaja dengan HIV
Komnas HAM telah mengambil langkah-langkah penting dalam melakukan penyelidikan dan pemantauan terhadap pelanggaran HAM yang dialami oleh orang-orang dengan HIV. Mereka juga melakukan pelatihan dan kerja sama lintas sektor untuk meningkatkan kapasitas dan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya melindungi hak anak dengan HIV.
Menghadapi dan mencegah pelanggaran HAM pada anak
Melindungi anak dan remaja dengan HIV merupakan tanggung jawab negara yang dimandatkan oleh UUD 1945. Dalam implementasinya, pemerintah memerlukan kerja sama dari berbagai pihak. Setiap anak, termasuk anak dengan HIV, berhak hidup tanpa rasa takut akan diskriminasi dan mendapatkan akses penuh terhadap layanan kesehatan. Dengan pendekatan ini, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan adil bagi mereka. Edukasi, advokasi, dan kebijakan yang tepat adalah langkah penting dalam melawan stigma dan diskriminasi. Menghapus stigma dan diskriminasi adalah kunci bagi anak dan remaja dengan HIV di Indonesia yang bebas dari pelanggaran HAM.