Search
Close this search box.

A Practical Delve into Mindfulness Meditation; An Important but often Neglected Adjunct to Antiretroviral Therapy

Foto Hanya Ilustrasi.

[Seri Reportase AIDS Conference 2020]

Sesi ini berlangsung di Global village workshop channel 1. Ini adalah sesi diskusi panel yang berlangsung di Global Village. Tiga orang praktisi mindfulness membawakan sesi ini secara bergantian. Pada awal sesi, praktisi memberikan presentasi mengenai mindfulness dan manfaatnya pada Orang Dengan HIV (ODHIV). Ia mengatakan bahwa latihan mindfulness akan dapat menurunkan stress pada seseorang, sehingga juga menurunkan kemungkinan gangguan mental. Selain itu, mindfulness juga dikatakan mencegah penurunan CD4 pada PLHIV. Mereka juga mengatakan bahwa mindfulness dapat membantu seseorang untuk lebih sadar pada keadaannya, sehingga mereka dapat melihat status HIV-nya secara lebih objektif. Salah satu manfaat dari kemampuan ini adalah agar mereka dapat melihat bahwa mereka tidak sendiri atau satu-satunya yang terinfeksi HIV. Mindfulness juga membantu melatih compassion seseorang pada dirinya sendiri maupun orang lain, sehingga dapat mengurangi kebencian atau menyalahkan diri sendiri akibat terinfeksi HIV.

Penjelasan lalu dilanjutkan dengan penjelasan mengenai dasar pemikiran mindfulnessMindfulness dibuat pertama kali oleh Jon Kabat-Zinn. Meditasi mindfulness sebenarnya bukanlah satu-satunya pendekatan meditasi yang meningkatkan mindfulness. Perbedaan yang mencolok antara mindfulness dengan meditasi lain adalah adanya meditasi ini tidak berfokus pada hal spiritual dan tidak melibatkan doa. Selain itu, terdapat tiga elemen penting dalam mindfulness, yaitu memberi perhatian pada keadaan saat ini, secara sengaja, dan melakukannya tanpa menghakimi.

Awalnya mindfulness dibuat untuk menangani pasien yang merasakan sakit fisik, namun tidak dapat bereaksi pada obat penahan sakit. Hasil dari meditasi mindfulness pada mereka adalah berkurangnya rasa sakit yang mereka rasakan seiring dengan latihan ini diikuti. Dikatakan bahwa sebenarnya rasa sakit yang terjadi tidak berkurang, namun hal yang berubah adalah bagaimana mereka bereaksi pada rasa sakit yang berubah.Penjelasan yang diberikan adalah analogi rasa sakit sebagai seorang anak kecil yang menangis. Jika seseorang menghadapi anak kecil yang menagis, kita tidak akan mendorong atau menjauhkannya dari kita seperti saat menghadapi rasa sakit. Biasanya orang akan menanyakan mengapa ia menangis dan mendampingi anak tersebut tanpa menghakimi hingga anak tersebut tidak menangis. Hal inilah yang dilatih dalam mindfulness, yaitu agar seseorang dapat menginvestigasi dan mendampingi diri meski dalam keadaan tidak nyaman. Selain itu hal ini juga melatih kita untuk tidak langsung merespon stimulus dari luar atau dalam, namun dapat menyadari stimulus yang kita terima dan memilih cara meresponnya. Misalnya saat kita merasakan sakit, kita bisa mengubah cara kita memandang rasa sakit tersebut atau saat kita khawatir karena lingkungan, kita bisa mengubahnya menjadi pandangan lebih positif.

Sesi lalu berlanjut dengan penjelasan mengenai praktek meditasi mindfulness dengan pendekatan body-scan sebelum mempraktekkannyaPendekatan ini dilakukan dengan memperhatikan sensasi dalam tubuh sendiri dari bagian paling bawah hingga atas. Peserta diajak secara sadar berkonsentrasi pada setiap bagian tubuhnya dan sensasi yang dirasakan pada bagian tubuh tersebut. Apapun yang dirasakan pada bagian tubuh tersebut, peserta diajak memperhatikannnya sebagai suatu hal yang menarik saja dan tidak menghakiminya. Peserta diberitahu bahwa pikiran peserta akan terdistraksi dan memikirkan hal lain, namun hal ini normal, sehingga tidak perlu merasa kecewa dan kembalikan saja perhatian pada sensasi di tubuh.

Peserta lalu diajak mempraktekkan meditasi dengan body-scan tersebut selama 10 menit. Pelatih membimbing latihan dengan mengajak peserta untuk menarik napas panjang selama beberapa kali untuk menenangkan diri sebelum mulai meditasi dan memejamkan mata. Ia lalu mengatakan bahwa tidak perlu mengatur napas lagi dan bisa bernapas seperti biasa. Palatih lalu mengarahkan untuk berkonsentrasi pada setiap bagian tubuh dengan menyebutkannya dari jari kaki hingga ujung kepala. Selama proses ini, ia selalu mengingatkan untuk tidak menghakimi dan memperhatikan saja bagian tersebut. Setalah sampai ke bagian teratas, ia lalu mengarahkan untuk memperhatikan bagian secara lebih luas, dari satu dahi, wajah, hingga seluruh bagian tubuh. Peserta lalu diarahkan untuk membuka mata perlahan-lahan.

Sesi lalu dilanjutkan dengan tanya jawab. Pertanyaan pertama adalah mengenai media apa saja yang bisa dilakukan selain body-scanner. Pelatih menjelaskan bahwa pernapasan dan suara dapat dijadikan objek untuk berkonsentrasi. Ia juga menjelaskan bahwa latihan ini akan membuat seseorang dapat membawa cara konsentrasinya ke kehidupan sehari-hari. Jadi ia dapat berkonsentrasi pada keadaan saat ini baik saat latihan meditasi maupun saat mengobrol dengan temannya atau berjalan. Ia juga menambahkan bahwa jika seseorang sudah terlatih, maka ia bisa sadar saat dirinya marah, sehingga dirinya  dapat memutuskan apa yang dapat dilakukannya saat mengalami atau merasakan hal tersebut. Setelah itu ia dapat memilih hal yang ia lakukan saat merasakan hal tersebut, dan tidak bereaksi langsung pada saat marah. Penjelasan ini menimbulkan tanggapan dari peserta mengenai cara menghadapi stigma. Pelatih menyetujui tanggapan tersebut dan menambahkan bahwa mindfulness dapat membantu ODHIV dalam menghadapi stigma yang mereka alami baik internal maupun eksternal. Pada saat ODHIV memiliki pikiran soal stigma, mereka dapat mengarahkan kembali pikiran kita ke hal yang positif. Begitu pula saat ODHIV mengalami stigma dari orang lain, mereka dapat sadar apa yang dirasakan dan mengatur/mengarahkan diri untuk bereaksi dengan baik pada emosi dan kondisi tersebut.

Sesi ini ditutup dengan memberikan beberapa tautan berhubungan dengan penelitian mindfulness yaitu:

  • www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2352013215000654
  • https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2725018/
  • https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/21133002/
  • https://www.ejeph.com/article/mindfulness-meditation-as-a-complementary-health-therapy-a-useful-import-into-africa-8328

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Skip to content