Sebelum terjadinya pandemi COVID-19, status darurat, dan peraturan Pembatasan Sosial Beskala Besar (PSBB), program YES, I CAN! baru saja meluncurkan unit usaha Salon Sang Ratu. Salon ini dikelola oleh para Transpuan peserta YES, I CAN! yang telah menyelesaikan pelatihan profesional tersertifikatnya di Puspita Martha International Beauty School. Salon Sang Ratu pun mulai banyak dikenal khalayak karena keunikan lokasinya yang berada di dalam kampus UNIKA Atma Jaya dan mendapat kunjungan peliputan dari media massa nasional semisal The Jakarta Post, Harian Kompas, Kompas TV, Asumsi TV dan lain sebagainya. Akan tetapi, ketika status darurat ditetapkan, kontan aktivitas salon terhenti dan diliburkan sampai batas waktu yang tidak ditentukan.
Perubahan drastis yang muncul dari situasi pandemi COVID-19 menjadi pukulan tersendiri bagi teman-teman Transpuan pengelola salon dan keluarga besar YES, I CAN! Sebab, sedikit banyak menghambat jalannya program dan target-target yang telah dirancang sebelumnya. Lebih jauh lagi, keadaan ini turut mempengaruhi perekonomian Transpuan YES, I CAN! Mereka kehilangan sebagian mata pencaharian tempat menggantungkan kehidupan. Program pemberdayaan yang semestinya dapat membantu pun mengalami kesulitan karena terbatasnya ruang gerak di tengah PSBB. Hal ini yang menjadi latar belakang inisiatif penyelenggaraan kegiatan diskusi “Kabar dari Salon Sang Ratu: Tantangan dan Peluang Program Pemberdayaan Transpuan di Tengah Status Darurat COVID-19”.
Berlangsung secara daring (virtual) pada Rabu siang (20/05), kegiatan ini menghadirkan Prof. Irwanto (Penggagas Program YES, I CAN! dan Guru Besar Fakultas Psikologi UNIKA Atma Jaya), Ary Bumi Kartini (Project Officer Program YES, I CAN), serta Ajeng dan Jio (Transpuan Peserta Program YES, I CAN! dan Tim Pengelola Salon Sang Ratu), dan dipandu oleh Lydia Verina Wongso (Peneliti Pusat Penelitian HIV AIDS Unika Atma Jaya). Prof. Irwanto kemudian membuka diskusi dengan menceritakan kembali awal mula tercetusnya program YES, I CAN! Tuturan Prof. Irwanto lantas menjadi pijakan kisah Ajeng dan Jio ketika mengenang kembali proses keterlibatannya di program YES, I CAN!, ikut mengelola Salong Sang Ratu hingga akhirnya datang pandemi COVID-19 dan PSBB.
“Aku inget banget, waktu itu hari Jumat. Biasanya salon kita sedang ramai-ramainya karena mau weekend. Tapi ternyata dari pagi sepi banget. Nggak ada satupun customer yang datang. Ternyata kegiatan kampus sebagian besar sudah diliburkan karena covid. Jujur aku kaget sih, dan sedih juga. Sedih karena kemarin-kemarin sedang ramai, tapi tahu-tahu sepi”, ucap Ajeng.
Peliburan aktivitas salon juga membawa dampak besar bagi Jio. Kegelisahannya akan situasi yang serba tak pasti di tengah pandemi juga bertambah dengan ramai-ramai kasus viral prank yang dilakukan seorang oknum kepada Transpuan,
“Berpengaruh pasti berpengaruh keadaan corona -pademi COVID-19- seperti ini. Apalagi ada si kasus viral itu, sedih banget. Kok bisa sih tega di tengah situasi kayak begini. Karena untuk kami –Transpuan- itu kan yang penting untuk isi perut dulu, belum lagi untuk kebutuhan lain seperti tempat tinggal. Inginnya tentu saja lebih diperhatikan karena sebagian juga jadi kehilangan mata pencaharian”.
Ary Bumi Kartini selaku Project Officer YES, I CAN! bersama tim YES, I CAN! dan Transpuan pengelola salon pun tidak tinggal diam. Upaya untuk tetap memutar geliat aktivitas salon dilakukan dengan coba meluncurkan penawaran layanan ke rumah dari Salon Sang Ratu. Ia menjelaskan,
“Kami bersama teman-teman pengelola salon mencoba untuk merembuk tentang solusi di masa pandemi ini, salah satunya dengan membuka layanan ke rumah. Tentunya hal ini bukan sesuatu yang mudah. Kami juga menerapkan protokol keamanan agar tetap dapat menjaga keamanan kesehatan bukan hanya untuk pelanggan Salon Sang Ratu tetapi juga untuk teman Transpuan yang bertugas. Keduabelah pihak harus mematuhi protokol keamanan tersebut.”
Sebagai penutup, Prof. Irwanto menyampaikan ajakan untuk terus memupuk optimisme dan melangkah maju ke depan tanpa mempedulikan hal-hal negatif yang bertebaran di tengah dunia yang memang tidak sempurna ini. Bagi beliau, sifat optimis merupakan hal yang sangat penting agar teman-teman Transpuan dapat melihat masa depan yang lebih cerah.