Mental Health Week 2025 mengangkat isu kesehatan jiwa bagi remaja sebagai pondasi kesejahteraan jiwa masyarakat dengan tema Kembali ke Hulu.
“Hulu” memili makna sebagai awal dari arus, sebagaimana upaya promotif dan preventif merupakan pondasi dari kesehatan mental. Di fase remaja, promosi dan pencegahan menjadi kunci penting untuk membangun ketahanan mental, mencegah risiko gangguan, dan menumbuhkan harapan. Menurut WHO (2021), satu dari tujuh orang anak antara usia 10-19 tahun mengalami gangguan jiwa. Masalah ini akan terbawa hingga dewasa dan dapat mengganggu kesejahteraan orang tersebut.
Kesehatan mental remaja dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor seperti dukungan teman sebaya, peran sekolah dan kampus, lingkungan digital, keseharian, serta kesempatan berekspresi berkelindan. UNICEF (2021) menekankan hubungan sosial dan ruang aman menjadi faktor berpengaruh untuk kesehatan jiwa mereka. Media sosial misalnya, dapat menjadi sarana dukungan dan kreativitas, tetapi juga berpotensi menimbulkan tekanan.
Sementara itu, komunitas dan gerakan remaja terbukti mampu menciptakan ruang aman sekaligus memperkuat daya lenting. Penelitian terbaru menegaskan bahwa intervensi berbasis sekolah, peer support, serta keterlibatan komunitas efektif dalam mendukung kesehatan jiwa remaja (Fazel & Soneson, 2023). Di sisi lain, akses layanan virtual dan dukungan komunitas juga semakin penting dalam menjawab kebutuhan kesehatan mental remaja di era digital (Zhou, Franzini, & Bustamante, 2025). Prevalensi depresi pada remaja di Indonesia cukup tinggi, dengan determinan utama meliputi dukungan keluarga dan teman, harga diri, serta rasa kesepian, yang menegaskan.
Community of Practice (COP) Kesehatan Jiwa Masyarakat bekerja sama dengan PPH UAJ mencoba mengangkat isu ini melalui seri diskusi tahunan Mental Health Week. Dengan tema Kembali ke Hulu: Menyusuri Akar Kesehatan Jiwa bagi Remaja, kami berusaha menggali suara remaja, menyoroti faktor yang berkelindan, dan mendorong partisipasi aktif remaja melalui karya kreatif dan narasi personal. Kami mengundang perwakilan remaja, praktisi kesehatan jiwa, pendeta, ahli pendidikan, seniman, dan kelompok dukungan sebaya dalam diskusi ini.
Untuk pertama kalinya, kami juga membuka submisi karya kreatif untuk memberikan ruang remaja menyuarakan emosi, ekspresi, dan harapan melalui karya seni.
Belajar Mendengar Kebutuhan Mental Remaja
Memahami kesehatan jiwa berawal dari mendengar. Diskusi ini menyoroti pentingnya ruang aman bagi remaja untuk didengar dan dipahami tanpa stigma. Desi Maharani, perwakilan dari Red Nose Foundation, berbagi pengalamannya sebagai remaja penyintas yang sempat mengalami perundungan di sekolah. Ia menekankan bahwa kesehatan mental baginya berarti kemampuan menghadapi tantangan hidup dan mengelola emosi dengan baik. Desi juga menceritakan peran positif guru Bimbingan Konseling dan kegiatan di Red Nose dalam membantunya mengenali potensi diri serta mengatasi rasa tidak nyaman. Ia berharap pendidikan tentang kesehatan mental dapat diberikan sejak dini agar anak-anak tidak membawa trauma hingga dewasa.
Kesehatan Mental dalam Lensa Pendidikan dan Agama
Masalah kejiwaan dan gangguan jiwa seringkali dianggap sebagai kekurangan iman. Narasi ini seakan memberikan jarak antara kesehatan jiwa dengan keimanan dan agama. Seseorang yang beriman tidak akan memiliki masalah kejiwaan karena memiliki hubungan yang dekat dengan Tuhan. Di sisi lain, orang dengan masalah kejiwaan perlu beriman dan mendekati Tuhan agar jiwa nya bisa tenang. Padahal, agama memiliki peran terhadap kesehatan jiwa melalui cara yang lebih empatik. Pada diskusi ini, kami mengundang Pendeta Indah Sriulina dari STFT Jakarta dan Silvyana Hianto dari Campus Ministry Unika Atma Jaya. Mereka memberikan sudut pandang yang empatik bagaimana agama dan pendidikan memahami kesehatan jiwa. Institusi agama dan pendidikan juga bisa bergandengan dalam memberikan layanan kesehatan jiwa yang lebih dari sekadar perintah ibadah.
Media Sosial dan Seni sebagai Kanal Ekspresi dan Literasi Mental
Kesulitan dalam mengekspresikan perasaan dan kebutuhan ruang aman mendorong media sosial sebagai platform bagi remaja untuk berselancar. Ketika perkembangan fisik, hormonal, emosional, dan sosial berkembang dalam waktu yang bersamaan, remaja cenderung bertindak impulsif. Pada diskusi ini, kami mengundang Rika Kristina sebagai praktisi kesehatan mental remaja dan Aloydia Yap sebagai seniman. Kita melihat bersama kenapa media sosial menjadi platform yang populer bagi remaja.
Kawan Jaga Kawan
Banyaknya kebutuhan kanal ekspresi remaja dalam mengelola emosi ternyata menginspirasi banyak remaja untuk membantu sesama. Kelompok dukungan sebaya merupakan kolektif atau komunitas yang saling mendukung secara emosional, sosial, dan praktik baik. Dengan kondisi serupa, kelompok dukungan sebaya lebih mudah relate atau memahami perasaan sebayanya. Dengan dukungan, suara remaja ternyata bisa memberikan dampak nyata untuk sesama remaja. Diskusi ini, kita membahas bagaimana sesama kawan menjaga kawannya melalui kelompok dukungan sebaya untuk remaja. Kami mengundang tiga perwakilan dari mahasiswa, remaja, dan organisasi akar rumput.
- Jeaneth Edelrifo Tjandra Poernama, perwakilan mahasiswa dari UMKM Welcome, Fakultas Psikologi, UNIKA Atma Jaya
- Videlis Rinto Baro Kaleka dari Komunitas Mentalmate, NTT
- Ni Nyoman Ayu Respani dari GenRe Indonesia.
Merayakan Ekspresi Remaja
Pada hari terakhir Mental Health Week 2025, kami ingin merayakan semua ekspresi remaja. Kami mengundang tiga pengirim karya kreatif untuk menceritakan karya seninya tentang kesehatan jiwa pada remaja. Kami mengundang tiga perwakilan remaja pengirim karya yaitu
- Evelyn Tandias dengan karya cerita pendeknya berjudul Rapat Darurat
- Lukisan/ilustrasi oleh Laurensius Agus Diantoro T. dengan judul Persona
- Tulisan reflektif oleh Karisa Putri Suyitno berjudul Sangkar Emas dan Burung yang Lupa Terbang: Renungan Jiwa untuk Remaja Hilang Arah dibalik Terangnya Cahaya Layar. Ketiga karya menunjukkan olahan emosi mentah dari remaja yang tertuang melalui rangkaian kalimat, struktur paragraf, dan bentuk dan warna.




