Sepanjang 2020–2021, pandemi COVID-19 menghantarkan banyak berita duka. Ungkapan belasungkawa seakan menjadi keseharian bagi masyarakat. Berita duku ini membuat banyak orang kewalahan dan tidak mempunyai cukup waktu untuk memproses kedukaan.
Penting untuk memahami bagaimana kita menghadapi dan menyikapi duka pada saat pandemi. COP Kesehatan Jiwa berkolaborasi dengan PPH UAJ, Ad Familia, Infinita Center, dan Lentera Anak Pelangi menyelenggarakan talkshow bertajuk “Survive Menghadapi Kedukaan”.
Talkshow ini menghadirkan empat orang pembicara.
- Elly Wulandari M.Psi., Psikolog (Infinita Center),
- Dra. Ratu Adhe Wzna Sofwat M.Psi., Psikolog (Psikolog RSAU Dr. Esnawan Antariksa & Hermina Bekasi),
- Dr. Mona Sugianto M.Psi., Psi. (Ad Familia), dan
- dr. Lina R. Mangaweang Sp.KJ (Psikiater RS Harum Sisma Medika).
Lima tahap memproses duka
Ketika berbicara tentang kedukaan, dr. Lina memaparkan tentang teori lima tahapan berduka dari Kübler-Ross.
Secara menarik, ia mengungkapkan bahwa menurut Kübler-Ross seseorang yang tengah mengalami kedukaan. Lima tahapan yakni
- Penyangkalan. Tahapan saat orang yang berduka masih mengalami perasaan terkejut, bingung, dan takut. Ia biasanya akan mencari bukti untuk mengurangi rasa sakit dari situasi;
- Marah. Tahapan ini luapan emosi muncul karena merasa ada luka yang mengiritasi tapi tidak bisa mengatasi. Orang tersebut akan mengalami rasa frustrasi dan kecemasan berlebihan;
- Tawar-menawar atau bargaining. Di tahapan ini, orang yang berduka sudah bisa berpikir rasional tetapi masih mengandai-andai dan belum bisa benar-benar mengikhlaskan;
- Depresi. Tahap ini biasanya ditandai dengan banyaknya aktivitas yang terbengkalai. Orang yang berduka justru tengah mengingat-ingat memori. Padahal, kondisi ini malah menimbulkan luka. Orang yang berada di tahapan ini juga kerap merasa sendiri karena berpikir bahwa tidak ada teman atau orang yang menemani; dan
- Penerimaan. Di tahap ini, seseorang bisa menerima kenyataan dengan ikhlas dan belajar untuk menerima hidup dengan kondisi ini. Akan berusaha untuk bisa keluar dari fase kedukaan/kehilangan. Muncul perasaan bersalah saat merasa bahagia karena sedang mengalami kedukaan. Tapi kemudian akan berusaha mengingat yang baik-baik tentang orang tersebut.
Tips memproses duka dengan baik saat pandemi
Sebelum mengakhiri talkshow, lima tips dalam menghadapi rasa duka pada masa pandemi oleh pembicara. Kelima tips tersebut adalah sebagai berikut:
- Memberikan waktu atau kesempatan diri kita untuk berduka karena setiap orang membutuhkan waktu untuk memaknai, menghayati, “menikmati” perasaan kedukaannya. Dengan memberikan waktu dan porsi bagi diri kita untuk menghadapinya, kebijaksaan akan muncul.
- Self compassion. Berbelas kasihlah kepada diri kita sendiri. Saat kehilangan orang yang kita sayangi, berbelas kasihlah kepada diri kita sendiri. Contohnya, tetap makan sehat dan teratur, karena tubuh butuh makan, dan beristirahat karena tubuh kita membutuhkannya. Kita juga tidak perlu memaksa dan membanding-bandingkan respon dan cara kita menghadapi kedukaan dengan orang lain.
- Berupaya untuk tidak terfokus pada rasa kehilangannya dan perasaan sedih. Kita juga perlu merasakan perasaan lain ketika mengingat kenangan bersama. Hal ini untuk kita bisa secara adil mengenang tentang sosok tersebut (orang yang pergi dari kita).
- Mencoba berpikir dari sudut pandang dia (orang yang pergi meninggalkan kita). Kita bisa mencoba untuk memikirkan sudut pandang dia tentang apa yang dia inginkan setelah ‘kepergiannya’? Apakah dia ingin saya tetap sedih? Apakah dia mengharapkan saya lebih kuat? Atau bagaimana? Itu adalah kondisi yang perlu kita lihat.
- Gunakan waktu untuk melakukan kegiatan positif. Jangan ragu untuk bergabung dalam support group therapy atau komunitas dukungan dalam menghadapi kedukaan lainnya. Kita juga perlu mengingatkan diri bahwa tidak apa-apa dan sangat wajar jika membutuhkan bantuan, jika kita perlu menemui psikolog atau psikiater.