Search
Close this search box.

Pertemuan Inisiasi CoP Kesehatan Jiwa PPH

Foto. Dok Kegiatan

Memaksimalkan pemanfaatan ruang pertemuan virtual, pada Kamis siang (24/09) Pusat Penelitian HIV AIDS UNIKA Atma Jaya – Pusat Unggulan Kebijakan Kesehatan dan Inovasi Sosial (PPH) melaksanakan pertemuan Community of Practice (CoP) kesehatan jiwa (keswa). Dalam pelaksanaan program penelitian dan advokasi isu keswa yang dilakukan PPH, CoP mempunyai peran istimewa. Bagaimana tidak? Jika merunut pada definisinya, CoP sendiri terdiri dari sekelompok orang yang memiliki perhatian yang sama, serangkaian masalah, atau minat pada suatu topik dan bersatu untuk memenuhi tujuan individu dan kelompok (Wenger, E., McDermott, R., & Snyder, W., 2002). Itu sebabnya CoP dibentuk secara terorganisir dan anggotanya merupakan praktisi, pakar atau expert dari berbagai latar belakang yang memiliki minat yang sama terhadap suatu isu spesifik. Para anggota CoP kemudian diharapkan untuk dapat bekerja sama dalam berbagi pengetahuan yang dimiliki, belajar dari satu sama lain, untuk mencapai tujuan yang sama.

CoP yang dibentuk oleh PPH sendiri terdiri dari para penggiat isu keswa, baik sebagai praktisi maupun pakar. Di antara mereka juga terdapat aktivis dan tenaga profesional pada lingkup yang masih beririsan dengan isu kesehatan jiwa semisal perwakilan dari organisasi orang dengan HIV dan tenaga kesehatan/petugas di Puskesmas. Meskipun datang dari latar belakang yang tidak seratus persen sama, mereka yang tergabung dalam CoP Keswa PPH mempunyai satu keinginan besar guna perbaikan dan peningkatan layanan keswa di Indonesia. 

Dibuka oleh Evi Sukmaningrum Ph.D selaku Kepala PPH, ia menjelaskan bahwa saat ini fokus terhadap layanan keswa di Indonesia berangkat dari temuan dua riset awal yang dilakukan PPH di tahun 2019 tentang “Tinjauan Kebijakan Kesehatan Jiwa” dan “Evaluasi Implementasi Kebijakan Kesehatan Jiwa di Puskesmas”. Pada penelitian tersebut diketahui bahwa di Puskesmas belum terdapat petunjuk teknis layanan keswa yang terstandarisasi. Hasil studi tersebut dapat dijadikan evidence-based untuk mendorong perbaikan menyeluruh dalam keswa di Indonesia dan pembentukkan serta pertemuan CoP merupakan bagian dari upaya tersebut. Oleh karena itu, pertemuan ini diharapkan menjadi ruang diskusi dan merumuskan peran serta dalam mendorong kebijakan dan layanan keswa yang lebih baik di Indonesia.

Agenda advokasi PPH di bulan Oktober-November juga direncanakan untuk melibatkan anggota CoP sebagai peserta. Agenda tersebut berupa lokakarya (workshop) penyusunan Juknis/SOP layanan keswa puskesmas. Adapun manfaat yang diharapkan dari CoP Keswa ini adalah: 1). Adanya dukungan bagi peneliti/program/advokasi keswa yang sedang dikerjakan para anggota CoP; 2). Memperluas jejaring dukungan pada isu keswa; 3). Menjadi wadah dan akses penyaluruhan pengetahuan; 4) Promosi lingkungan pembelajaran seputar isu keswa; dan 5). Mendukung peningkatan diri maupun lembaga anggota CoP.

Ke depannya, PPH telah mencanangkan rencana kegiatan yang akan melibatkan anggota CoP dalam membentuk forum diskusi bersama untuk saling berbagi dan belajar (sharing knowlegde) antar sesama anggota. Sebagai gambaran awal model kegiatan, PPH menawarkan beberapa bentuk, seperti platform forum diskusi daring, Lecture Series/Webminar, tulisan dalam bentuk artikel populer maupun ilmiah, dan pertemuan-pertemuan baik yang bersifat sosialisasi maupun advokasi.

Refrensi :
Wenger, E., McDermott, R., & Snyder, W. 2002. Cultivating Communities of Practice: A Guide to Managing Knowledge. Boston, MA: Harvard Business School Press.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Terkait

Artikel Terbaru

Skip to content