Mayoritas tentu setuju bila work from home atau yang kini populer dengan WFH, merupakan cara kerja paling aman dalam kondisi pandemi seperti sekarang. Akan tetapi, kenyataannya WFH juga dapat menimbulkan berbagai persoalan, salah satunya adalah stres. Perasaan ketegangan akibat stres jamak sekali dialami, dan ia disebabkan oleh berbagai faktor. Bisa jadi karena beban dan waktu kerja yang dirasa menjadi lebih banyak, tempat atau ruang krja yang kurang kondusif, tekanan dari anggota keluarga yang lain, serta kekhawatiran akan virus itu sendiri yang terakumulasi dalam enam bulan terakhir ini memicu terjadinya stres. Menyoal stres, penelitian menunjukkan bahwa tingkat stres seseorang dapat berisiko terhadap kondisi kesehatannya, seperti risiko terkena stroke, memperburuk tekanan darah, penyakit jantung, dan lain sebagainya. Tak heran bila banyak kiat yang disarankan untuk mengurangi atau mengatasi tekanan di masa pandemi dan WFH seperti sekarang. Salah satunya adalah melalui upaya kegiatan relaksasi, seperti yang pekan lalu (09/10) diselenggarakan Pusat Penelitian HIV AIDS UNIKA Atma Jaya – Pusat Unggulan Kebijakan Kesehatan dan Inovasi Sosial (PPH).
Dipandu oleh Dian Ibung (Psikolog Klinis), dan berlangsung selama kurang lebih 20 menit, para peserta diajak untuk melakukan relaksasi menggunakan tiga prinsip dasar mindfulness.
“Relaksasi ini menggunakan metode mindfulness dan menggunakan tiga prinsip dasar dari mindfulness, yakni bagaimana kita mencintai diri kita sendiri, bagaimana kita menyadari bahwa kita merupakan bagian dari kehidupan yang luas ini dan bahwa kita sebagai manusia biasa seperti manusia-manusia lainnya juga mengalami masa-masa bahagia, masa-masa stres, dan bahwa kita bisa memberi kasih sayang pada diri kita sendiri atau artinya kita bisa menyayangi diri kita sendiri”, tutur Dian Ibung mengawali sesi relaksasi.
Adapun tujuan utama dari relaksasi ini adalah membuat para peserta menjadi rileks, tenang, dapat memusatkan diri dengan apa yang dirasakan sekarang, dan untuk menetralisir emosi yang negatif atau ketegangan berlebih, sehingga pada akhirnya kita dapat lebih fokus untuk mencari solusi dari permasalahan ataupun ketidaknyamanan yang tengah kita alami.
“Ketenangan adalah hal yang penting. Disaat kita tidak tenang, kita tidak nyaman, sepertinya kita ruwet, pikirannya penuh, hati tidak tenang, jadi tidak bisa memikirkan solusinya bahkan kadang-kadang kita tidak tahu masalah kita apa? Pokoknya stress aja gitu, lelah, pusing, nggak fokus, mungkin kita tidak sadar dengan kondisi kita sendiri tapi di protes sama orang lain yang bareng sama kita. Itu merupakan tanda-tanda stres yang kita alami”, sambungnya lagi.
Kegiatan Weekday for Healing (WfH) sendiri merupakan yang pertama kali diselenggarakan oleh PPH. Mengambil waktu satu hari sebelum Hari Kesehatan Jiwa Sedunia 2020, WfH juga ditujukan sebagai salah satu wujud kepedulian PPH terhadap isu kesehatan jiwa yang dialami banyak orang di masa pandemi COVID-19. Ke depannya, PPH tidak menutup kemungkinan untuk kembali hadir dengan WfH, dan mungkin menggunakan metode yang berbeda.