Terdapat 150 anak dan 676 remaja tercatat hidup dengan HIV di Yogykarta. Sayangnya, ribuan di antaranya mengalami LTFU atau loss-to-follow-up. Hal ini memerlukan pemeriksaan ulang status kesehatan mereka—apakah masih hidup, sudah meninggal, atau mendapatkan pengobatan di tempat lain.
Data menunjukkan bahwa beberapa anak belum mendapatkan terapi ARV. ahkan sudah meninggal tanpa dilaporkan ke layanan kesehatan. Kondisi ini menggambarkan adanya kesenjangan dalam sistem layanan kesehatan dan tantangan dalam memberikan dukungan kepada anak dan remaja dengan HIV.
Manajemen loss-to-follow-up atau LTFU di Indonesia tidak hanya mengupayakan orang dengan HIV kembali dari perawatan ARV, tapi juga pembaharuan dan integrasi data. Anak dan remaja dengan HIV memiliki tantangan khusus dalam konteks LTFU. Dependensi anak memerlukan kerja sama dan komitmen kepada orangtua atau wali anak. Menjaga anak dalam ARV juga menjadi tantangan selanjutnya. Selain itu, anak membutuhkan informasi yang jelas terkait obat yang ia konsumsi. Hal ini mengarah kepada pembicaraan tentang disclosure.
Diskusi Kultural untuk Anak dengan HIV di Indonesia kali ini membahas tentang aspek-aspek yang luput dari manajemen LTFU. Pengalaman lapangan dari Yogyakarta oleh Yayasa Victory Plus menjelaskan sebagaimana kompleks isu LTFU bagi anak. Hal ini tentu berimplikasi terhadap penanganan epidemi HIV pada anak dan remaja di Indonesia.
Penyebab LTFU pada anak dan remaja dengan HIV
Banyak hal yang mempengaruhi terjadinya LTFU pada anak dan remaja dengan HIV. Beberapa di antaranya adalah efek samping obat ARV, kurangnya dukungan keluarga, jarak yang jauh ke fasilitas layanan kesehatan, serta stigma dan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Selain itu, remaja sering kali tidak paham tentang pengobatan yang mereka jalani. Apalagi ketika keluarga masih dalam kondisi penolakan terhadap diagnosis HIV.
Kondisi sosial-ekonomi juga menjadi kendala. Banyak keluarga yang tidak mampu menanggung biaya transportasi untuk mendatangi fasilitas kesehatan. Dalam konteks Yogyakarta pengobatan ARV hanya tersedia di rumah sakit pusat. Hal ini menyebabkan kesulitan bagi anak-anak yang tinggal di desa untuk mendapatkan akses ke pengobatan yang mereka butuhkan.
Upaya pemulihan akses ARV
Untuk mengatasi LTFU pada anak dengan HIV, Kelompok Dukungan Sebaya (KDS) melakukan penelusuran terhadap anak dan remaja yang berhenti dalam perawatan ARV. KDS aktif dalam memberikan edukasi kepada orangtua dan mendukung mereka dalam memahami pentingnya pengobatan ARV bagi anak mereka. Salah satu langkah preventif adalah dengan mengintegrasikan skrining bulanan untuk anak melalui sekolah. Langkah ini untuk memastikan pencatatan kasus HIV baru. Dengan demikian, anak-anak dapat segera mendapatkan pengobatan.
Yayasan Victory Plus juga bekerja sama dengan tim Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) untuk menangani kasus kekerasan. Selain itu, Yayasan ini memberikan dukungan khusus melalui pendampingan sebaya. Dukungan khusus ini memberikan ruang untuk anak-anak terhubung dengan sesama yang memahami kondisi mereka. Program ini bertujuan membantu mereka untuk lebih percaya diri dan memahami pentingnya kepatuhan dalam menjalani pengobatan.
Peran dukungan sebaya dan kolaborasi multi-pihak
Kelompok dukungan sebaya memainkan peran penting dalam memastikan anak-anak dan remaja tetap patuh dalam menjalani pengobatan ARV. Pendampingan ini menumbuhkan rasa percaya diri atas dukungan untuk anak-anak dalam menjalani keseharian mereka. Dengan adanya dukungan ini, mereka berharap kepatuhan ARV dapat meningkat dan kualitas hidup anak-anak dengan HIV dapat terjaga.
Selain itu, kolaborasi antara berbagai pihak menjadi kebutuhan untuk menangani LTFU secara holistik. Misalnya, keterlibatan Puskesmas dalam pemantauan tumbuh kembang anak dapat membantu mendeteksi adanya masalah kesehatan sejak dini. Lalu, puskesmas dapat memberikan intervensi yang relevan. Pemerintah juga perlu memperluas akses layanan kesehatan hingga ke daerah-daerah terpencil. Hal ini untuk memastikan anak dengan HIV yang tinggal di desa tidak mengalami kesulitan dalam mendapatkan pengobatan.
Mencegah dan menghindari LTFU pada anak dengan HIV
Mengatasi tantangan pengobatan HIV pada anak dan remaja memerlukan pendekatan yang komprehensif. Dukungan keluarga, komunitas, dan layanan kesehatan sangat penting untuk memastikan bahwa mereka dapat terus mendapatkan pengobatan ARV. Selain itu, mengurangi stigma dan diskriminasi di lingkungan sekitar juga harus menjadi prioritas. Anak dengan HIV berhak untuk dapat hidup dengan aman dan setara seperti anak-anak lainnya.
Dengan langkah-langkah strategis, kerja sama antara pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan komunitas, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan mendukung bagi anak dan remaja yang hidup dengan HIV di Yogyakarta.