Penuaan yang sehat bagi Orang dengan HIV

UAIS 2021 Penuaan yang sehat bagi Orang dengan HIV
Penuaan yang sehat bagi Orang dengan HIV

Bagaimana kita bisa memberikan penuaan yang sehat dan sejahtera kepada orang dengan HIV?

Penuaan merupakan masalah yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Sebut saja populasi usia tua secara global yang terus mengalami kenaikan dan hingga saat ini ada setidaknya 7% dari total populasi dunia yang berusia di atas 60 tahun. Di konteks lokal, Indonesia terus mengalami peningkatan atas kelompok lanjut usia. Bila merujuk pada Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) di tahun 2019, penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia telah menembus angka 25,7 juta orang atau sekitar 9,6% dari total seluruh populasi di Indonesia. Jumlah ini dapat terus mengalami kenaikan hingga 10% di tahun 2020 dan 20% pada 2040 mendatang.

Indikasi pertumbuhan kelompok penduduk lansia membawa keresahan tersediri. Pasalnya secara umum, penuaan berarti berkurangnya fungsi maksimal fisik dan kondisi kesehatan. Belum lagi perihal, berkurang atau hilangnya fungsi pendengaran, katarak, dan kelainan refraksi. Kelainan fisik seperti nyeri punggung dan leher dan osteoartritis. Lalu, munculnya komplikasi seperti penyakit paru obstruktif kronik, diabetes, depresi, dan demensia.

Tantangan permasalahan bagi lansia bertambah rumit ketika mereka adalah orang dengan HIV. Bagi orang yang hidup dengan HIV, proses penuaan dapat memicu masalah kesehatan yang lebih kompleks Misalnya saja, penggunaan ARV jangka panjang yang memiliki dampak negatif terhadap penurunan fungsi hati dan penyakit Hepatitits B dan C yang umum menjadi co-infeksi dari HIV juga dapat berkontribusi dalam memburuknya kondisi kesehatan hati.

Promosi Penuaan yang Sehat untuk Orang yang Hidup dengan HIV

Mengingat kompleksitas masalah ini, PPH UAJ menyelenggarakan Forum Diskusi Ilmiah Nasional dengan tajuk Promoting Healthy Aging for People Living with HIV atau Mempromosikan Penuaan yang Sehat untuk Orang yang Hidup dengan HIV. Kegiatan berdiskusi mengenai tantangan kesehatan oleh orang dengan HIV di usia lanjut dan bagaimana mendukung mereka untuk mencapai penuaan yang sehat.

Diskusi ini merupakan bagian dari rangakaian dari University Center of Excellence – AIDS Research Center International Symposium (UAIS) on HIV and Healthy Aging tahun 2021. Dipandu oleh Astri Parawita Ayu, kegiatan ini menghadirkan tiga orang pemateri yakni

  • dr. Rensa, Sp.PD, K-Ger, FINASIM (Departemen Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Atma Jaya),
  • Dr.dr Yuda Turana, Sp.S (Departemen Neurologi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Atma Jaya), dan
  • Prof. Irwanto, Ph.D (PUI-PT PPH PUK2IS UAJ).

Fraility dan tantangan untuk penuaan yang sehat untuk orang dengan HIV

Membuka sesi pemaparan materi, dr.Rensa Sp.PD, K-Ger, FINASIM, mengungkapkan bahwa kompleksitas klinis pada orang dengan HIV usia lanjut akan meningkat. Salah satu penyebabnya adalah frailty yang umum terjadi pada kelompok lanjut usia dan permasalahan ini juga membayangi orang dengan HIV di usia lanjut. 

Frailty adalah keadaan klinis peningkatan kerentanan dan penurunan kemampuan untuk mempertahankan homeostasis yang berkaitan dengan usia. Tanda dari fraility adalah penurunan cadangan fungsional di berbagai sistem fisiologis. Karakteristik frailty sendiri antara lain adalah penurunan berat badan, melemahnya kondisi tubuh, kelelahan atau daya tahan yang memburuk, kelambatan, dan aktivitas yang rendah.

Meskipun demikian, menjaga kualitas hidup dan memasukkan mereka dalam perawatan dapat mengurangi risiko fraility. Ia mencontohkan penerapa pendekatan multidisiplin yang berfokus pada pencegahan dan pengobatan penyakit penyerta. Pengobatan ini berfokus kepada risiko polifarmasi, terutama oleh interaksi obat-obatan atau drug-drug interaction (DDI). Selain itu, faktor lain adalah psikososial dengan memperhatikan kualitas hidup terkait kesehatan.

Promosi kesehatan kognisi kepada orang dengan HIV

Setelahnya, Dr. dr. Yuda Turana, Sp.S. menjadi pemateri kedua dengan membawakan presentasi terkait mempromosikan kesehatan kognisi bagi lansia yang hidup dengan HIV. Ia menjelaskan gangguan neurokognitif terkait HIV mempengaruhi 30% orang dengan HIV terlepas dari penekanan virologis. Kondisi beban pribadi, sosial, dan ekonomi yang substansial juga mempengaruhi penurunan kognisi ini.

Oleh karenanya, pengenalan dan pengobatan dini sangat penting dan dapat berdampak positif pada kualitas hidup dan hasil kesehatan bagi mereka yang hidup dengan HIV.

Faktor psikososial untuk penuaan yang sehat

Prof. Irwanto Ph.D menjadi pemapar penutup. Beliau berbagi materi tentang faktor-faktor psikososial penting dalam penuaan yang sehat bagi orang dengan HIV di usia lanjut. Namun, penyakit penyerta (comorbidity), termasuk bagain dari efek jangka panjang ARV. Secara psikososial, rasa kesepian, dan kehilangan dukungan juga mempengaruhi penuaan.

Oleh karena itu, perlu adanya perhatian khusus terhadap beberapa faktor yang dapat mengatasi permasalahan ini. Ia memberikan contoh dengan menumbuhkan perasaan keterhubungan lintas generasi. Dukungan lingkungan sekitar dan sebayaa juga menjadi hal yang penting.