PPH UAJ bersama LBH Masyarakat menyelenggarakan diskusi tentang Situasi Perawatan Pemulihan Ketergantungan Napza di Indonesia pada 12 September 2017 di The Park Lane Hotel, Jakarta.
Beberapa tahun ini, tren penggunaan heroin menurun, sedangkan penggunaan amphetamine-type stimulants (ATS) semakin meningkat di Indonesia. Data dari Badan Narkotika Nasional (BNN) menunjukkan bahwa pengguna crystal-methamphetamine (crystal-meth) mencapai angka 760,795 orang, atau sekitar 19% dari angka total pengguna narkotika di Indonesia (BNN & UI, 2010).
Prof. Irwanto dari Unika Atma Jaya mengingatkan bahwa kesiapan SDM yang mumpuni adalah fakor penting untuk membuat pusat rehabilitasi bagi pengguna ATS. Pengalaman dari orang yang pernah merawat pengguna ATS sering mengalami kekerasan karena emosi yang tidak stabil pada pengguna ATS. Kebanyakan pusat rehabilitasi saat ini menangani pengguna ATS sama dengan terapi ketergantungan narkotika lainnya. Hal ini, akan menjadi masalah nantinya jika pengguna mengalami relapse.
Perawatan Khusus untuk Pengguna ATS
Diskusi ini bertujuan untuk memaparkan hasil penelitian dari PPH UAJ, LBH Masyarakat dan juga hasil penelitian dari BNN. LBH Masyarakat melakukan penelitiannya mengenai pemetaan terhadap jenis-jenis perawatan pemulihan ketergantungan narkotika di Indonesia, baik yang bersifat medis, maupun psikososial. Salah satu rekomendasi dari penelitan ini adalah standar prosedur untuk tindakan rehabilitasi bagi pengguna ATS secara ilmiah. Hal ini untuk memastikan prosedur khusus untuk pelaksanaan terapi pengguna ATS. Setiap tenaga kesehatan yang terlibat dalam rehabilitasi harus memiliki keterampilan yang sesuai dengan fungsinya.
PPH UAJ dalam penelitiannya mengenai Survei Terpadu Biologi dan Perilaku bagi Pengguna Crystal-meth menyimpulkan :
- Pengguna sabu berusia produktif, mayoritas bekerja dengan tingkat pendidikan cukup tinggi dan memiliki penghasilan tetap
- Memiliki pengalaman napza lain; tingkat keparahan Sabu mayoritas >sedang, dengan penggunaan rata-rata 10 hari dengan jumlah terbanyak 0.5 gram/hari
- Penggunaan sabu dengan teman dan pasangan seks; begitu juga melakukan hubungan seks dalam pengaruh sabu
- Perilaku seks berisiko tinggi dan pengetahuan HIV rendah, terbukti dengan konsekuensi kesehatan
- Implikasi dari pemahaman adiksi berbeda yang berdampak pada akses perawatan napza rendah
Rawat Jalan dan Terapi ATS Khsus sebagai Perawatan Pemulihan oleh BNN
Dalam peneletian mengani Evaluasi Proses Implementasi Model Layanan Rehabilitasi Pengguna Amphetamine-type Stimulant oleh BNN menyimpulkan bahwa layanan rawat jalan dan rencana terapi individual bagi orang dengan masalah penggunaan ATS yang moderate dapat menjawab hal-hal berikut ini:
- Menurunkan skala kegaduhgelisahan akibat penggunaan ATS
- Meningkatkan aktivitas fisik, kondisi psikologis dan sumber daya lingkungan
- Meningkatkan kesiapan untuk berubah (stages of changes)
![](https://pph.atmajaya.ac.id/wp-content/uploads/2024/01/image-1.jpeg)
![](https://pph.atmajaya.ac.id/wp-content/uploads/2024/01/image.jpeg)
Target dari 128 menjadi 460 lapas rutan akan menyediakan tempat rehabilitasi. (Kemenkumham)
Perlunya mendorong teman-teman penjangkau untuk memasukkan isu Sabu ke dalam kegiatan penjangkauannya. Karena pengguna sabu ditemukan pada populasi kunci dan bagi para pelanggan WPS. kemudian, berjejaring dengan puskesmas terkait kekerasan dan HIV juga diperlukan untuk memperkuat program yang sudah adaa, menghindari penambahan dana dan SDM. Selain itu, perlunya memasukkan modul ATS ke dalam IBBS Kemenkes.
Ignatius Praptoraharjo – Peneliti PPH UAJ