Pemaparan ini berdasarkan abstrak nomor 62 yang dipresentasikan pada hari Jumat, 18 Juni 2021 dalam rangkaian kegiatan Asia Pacific AIDS and Coinfection Conference 2021 (APACC 2021). Abstrak ini memiliki judul asli “Trauma and Chemsex and Coping Among Gay, Bisexsual and Other Men Who Have Sex with Men in Singapore”. Membuka presentasinya, para penulis terlebih dahulu menjelaskan tentang latar belakang dilakukannya penelitian. Mereka menerangkan bahwa penggunaan zat untuk kegiatan seks, atau ‘chemsex‘, telah diidentifikasi sebagai faktor risiko utama untuk HIV, beserta dengan komorbiditas (penyakit penyerta) kesehatan mental lainnya di antara gay, biseksual dan laki-laki lain yang berhubungan seks dengan laki-laki. Akan tetapi, walau banyak penelitian yang telah dilakukan tentang topik ini, hanya sedikit yang mengeksplorasi peran trauma sebagai faktor risiko chemsex. Atas alasan tersebut, studi kualitatif ini bertujuan untuk menyelidiki riwayat hidup trauma, dan mengusulkan kerangka biopsikososial untuk menempatkan faktor pendorong chemsex di antara gay, biseksual, dan laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki dengan lebih baik.
Metode yang digunakan dalam melakukan studi ialah wawancara mendalam semi-terstruktur. Sementara itu, yang menjadi peserta/subjek adalah 33 orang yang terdiri atas gay, biseksual, dan laki-laki lain yang berhubungan seks dengan laki-laki di Singapura, dan pernah melakukan chemsex. Topik wawancara berputar sekitar pengalaman peserta dalam chemsex, penggunaan narkoba, penahanan, trauma, serta kisah resiliency dan pemulihan berkelanjutan dari chemsex. Wawancara direkam, ditranskripsi, diberi kode, dan dianalisis menggunakan analisis tematik.
Melalui penerapan metode penelitian tersebut, peserta menggambarkan bagaimana chemsex digunakan sebagai mekanisme koping untuk menghadapi “pencetus” keadaan emosional dan situasional, termasuk dalam mengatasi kesepian dan rendah diri; rasa malu dan kecemasan seksual serta sosial; dan situasi stres pada umumnya. Lebih jauh, mereka juga mengartikulasikan bagaimana pencetugs tersebut didukung oleh pengalaman trauma biopsikososial, termasuk yang berkaitan dengan stigma terkait HIV, rasisme, kekerasan seksual, kematian dan kehilangan, penelantaran, serta homofobia yang terinternalisasi. Pada akhirnya, peserta menggambarkan bagaimana trauma tersebut pada gilirannya diperkuat oleh beberapa ‘prasyarat’. Misalnya saja, aksesibilitas terhadap zat, penekanan pada modal seksual, dan kurangnya akses ke struktur dukungan komunitas laki-laki gay, di samping hambatan sosiolegal umum untuk mengakses perawatan.
Merangkum keseluruhan, studi ini menggambarkan peran trauma dan prasyarat yang mendasarinya dan mendorong terjadinya chemsex di antara gay, biseksual dan laki-laki lain yang berhubungan seks dengan laki-laki di Singapura. Intervensi yang memberikan dukungan untuk pemulihan dari chemsex bagi gay, biseksual dan laki-laki lain yang berhubungan seks dengan laki-laki harus mencakup pemberian perawatan berdasarkan informasi trauma untuk mengatasi hambatan yang kompleks untuk pemulihan jangka panjang.
Abstrak asli:
Trauma and chemsex as coping among gay, bisexual and other men who have sex with men in Singapore
Tan R 1,2, Phua K2, Tan A2, Gan D2, Ho P3, Ong E2, See M2
1 Saw Swee Hock School Of Public Health, National University Of Singapore, Singapore
2 The Greenhouse Community Services Limited, Singapore, Singapore,
3 Care and Counselling, Tan Tock Seng Hospital, Singapore, Singapore