HIV dan Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)

2020

Foto Hanya Ilustrasi.

COVID-19, menjadi penyakit yang begitu akrab di telinga kita beberapa bulan ini. Per 15 April 2020, jumlah kasus positif COVID-19 di Indonesia telah mencapai 5.136 kasus dengan 446 pasien yang sembuh dan 469 meninggal dunia. Angka ini terus bertambah dari hari ke hari. Berbagai kebijakan telah dikeluarkan pemerintah Indonesia, dan bahkan seluruh dunia untuk menyikapi kondisi pandemi COVID-19. Baru-baru ini, pemerintah juga mengesahkan aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sebagai bentuk respon menghadapi pandemi.

Di tengah kondisi pandemi ini, banyak masyarakat merasa khawatir tertular COVID-19. Banyak pula yang akhirnya muncul gangguan psikosomatis akibat kecemasan meningkat dalam situasi yang penuh ketidakpastian ini. Perasaan khawatir, takut, dan cemas juga tak bisa dipungkiri mungkin dirasakan oleh kawan-kawan ODHA –Orang Dengan HIV AIDS. Saat ini banyak anggapan yang muncul bahwa COVID-19 akan lebih mudah tertular bagi ODHA. Asumsi muncul karena HIV merupakan virus yang menyerang sistem imunitas tubuh, sehingga resiko tertular COVID-19 menjadi lebih tinggi. Selain itu, jika ODHA tertular COVID19, maka kondisinya bisa lebih parah dibandingkan orang yang tidak HIV positif.

Akan tetapi, yang jadi pertanyaan kemudian adalah, apakah tepat pemikiran-pemikiran di atas? Mari kita coba cari tahu lebih lanjut.

Menurut WHO, hingga saat ini, tidak ada bukti bahwa resiko penularan COVID-19 dan komplikasi lebih tinggi pada ODHA yang memiliki CD4 normal dan VL undetected dibandingkan masyarakat umum. Sejauh ini, memang diketahui bahwa faktor risiko komplikasi dari COVID-19 meningkat pada pasien yang lebih tua dan/atau memiliki penyakit penyerta, seperti penyakit kardiovaskular, diabetes, hipertensi, pernapasan kronis, dan penyakit tidak menular lainnya, namun semua itu tidak terkait langsung dengan HIV. Akan tetapi, bagi orang HIV positif dengan penyakit oportunistik, ODHA dengan CD4 rendah dan Viral Load yang tinggi, ODHA yang belum mendapatkan pengobatan ARV, secara umum memang dapat meningkatkan resiko infeksi dan komplikasi. Hal ini dikuatkan dari hasil survei yang dilakukan pada 2 wilayah di Wuhan, yang melaporkan tingkat penularan COVID-19 pada ODHA dengan CD4 normal dan VL undetected serupa dengan penularan pada seluruh populasi umum. Penelitian lainnya di China juga memaparkan bahwa telah ada kasus orang yang hidup dengan HIV yang terinfeksi COVID-19 dan pulih.

Nah, kalau begitu, apa yang bisa dilakukan teman-teman ODHA?

Jika Anda belum memulai pengobatan ARV ataupun memiliki masalah terkait kepatuhan dalam minum ARV, segeralah konsultasikan ke layanan kesehatan dan mulai pengobatan sesegera mungkin.

Jika Anda telah menjalani pengobatan ARV, CD4 tinggi dan VL tidak terdeteksi, maka resiko penularan COVID-19 akan sama dengan masyarakat pada umumnya.

Kalau begitu, saya yang HIV positif dan sudah rutin minum obat (CD4 normal dan VL undetected) tidak perlu terlalu khawatir lagi ya?

Betul! Tetap minum obat ARV secara rutin dan tentunya harus melakukan tindakan pencegahan-pencegahan seperti yang dianjurkan. Karena, seperti yang kita ketahui COVID-19 ini sangat mudah ditularkan dari satu orang ke orang lain.

Sebagai tambahan ada beberapa poin yang juga perlu diperhatikan bagi teman-teman ODHA, antara lain:

  1. Tidur minimal 8 jam sehari atau sesuaikan dengan kebutuhan tidur sesuai usia.  
  2. Stok obat setidaknya untuk 30 hari (konsultasikan lebih lanjut dengan dokter di layanan kesehatan Anda)
  3. Pastikan pasokan obat-obatan yang memadai untuk mengobati infeksi/penyakit lainnya serta kecanduan
  4. Carilah informasi berdasarkan sumber-sumber yang dapat dipercaya (Lebih kritis dalam membaca dan menyebarkan tulisan, foto, dan video singkat di Whatsap atau media sosial lainnya tanpa sumber yang jelas sebelum di cek kebenarannya). Hentikan sejenak mencari info secara terus-menerus terkait pandemi COVID-19 jika ini membuat Anda menjadi lebih gelisah, susah tidur atau menimbulkan kepanikan yang sudah tidak wajar.
  5. Lakukan aktivitas yang menyenangkan dan sebisa mungkin meminimalisir stres. Beberapa cara yang mungkin bisa dilakukan
    1. Menjalin komunikasi dengan teman, sahabat, keluarga dan orang-orang terdekat secara virtual
    2. Olahraga, untuk tetap menjaga kondisi tubuh yang fit.
    3. Relaksasi, mendengarkan musik, berkebun, memasak, bermain dengan hewan peliharaan, membaca buku, bermain game, atau kegiatan apapun yang mampu membuat stres Anda berkurang.

Pembatasan sosial saat ini juga pasti bukan hal yang mudah untuk semua orang, oleh karena itu, carilah kegiatan yang bisa membawa perasaan positif.

Hingga saat ini, penelitian terkait COVID-19 memang masih sangat terbatas, karena virus ini juga baru ditemukan pada Desember 2019. Namun demikian, seiring berjalannya waktu, akan banyak informasi yang bisa kita ketahui dan pelajari lebih lanjut terkait virus ini.

Bingung, takut, khawatir dan cemas menghadapi situasi saat ini sangatlah wajar, semua orang pasti mengalami perasaan ini. Perasaan-perasaan ini perlu dikelola agar tidak malah mengganggu dan menimbulkan stres. Namun, jika perasaan tersebut mulai mengganggu aktivitas keseharian Anda, maka mungkin saatnya Anda mencari pertolongan. Jika berbagai hal sudah Anda coba lakukan untuk mengurangi perasaan cemas, takut dan khawatir namun kondisi pandemi ini masih dirasakan sangat membuat tertekan, Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) menyediakan layanan konseling secara cuma-cuma terkait situasi pandemi. 

Pada kondisi seperti ini, penting bagi kita untuk tetap menjaga kewarasan diri. Ikut serta menghentikan laju pandemi dengan tetap sehat dan melindungi diri dari penularan COVID-19. Mari tetap menjaga kesehatan tubuh kita, lindungi diri, keluarga, dan orang di sekitar kita.

Keep your distance, maintain your health!

Disclaimer: Tulisan ini mewakili opini penulis dan tidak menggambarkan opini dan sikap Pusat Penelitian HIV Atma Jaya

Sumber:

Bantuan psikologi covid-19. 2020. Diakses dari https://himpsi.or.id/blog/pengumuman-2/post/bantuan-psikologi-covid-19-62

Coronavirus (COVID-19) and HIV. 2020. Diakses dari https://www.avert.org/coronavirus/covid19-hiv

Coronavirus (COVID-19) and people living with HIV in Scotland. 2020. Retrieved by https://www.hiv.scot/news/coronavirus-covid-19-and-people-living-with-hiv-in-scotland

Coronavirus: Impact on People Living with HIV. 2020. Diakses dari https://www.itg.be/E/Article/coronavirus-impact-on-people-living-with-hiv

Guo W, Ming F, Dong Y et al. A Survey for COVID-19 among HIV/AIDS Patients in Two Districts of Wuhan, China. Preprint research paper, The Lancet, 2020.

Ling, Justin. 2020. HIV-Positive Population Braces for Another Plague. Diakses dari https://foreignpolicy.com/2020/03/18/coronavirus-hiv-positive-population-braces-another-plague/

Q&A on COVID-19, HIV and Antiretrovirals. 2020. Diakses dari https://www.who.int/news-room/q-a-detail/q-a-on-covid-19-hiv-and-antiretrovirals

What to Know About HIV and COVID-19. 2020. Diakses dari https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/need-extra-precautions/hiv.html

Zhu F, Cao Y, Xu S, Zhou M.  Co‐infection of SARS‐CoV‐2 and HIV in a patient in Wuhan city, China, J of Medical Virology 11 March 2020. Diakses dari https://onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1002/jmv.25732

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2018. Kebutuhan Tidur Sesuai Usia. Diakses dari http://www.p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/obesitas/page/18/kebutuhan-tidur-sesuai-usia

Only available in Indonesian

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Download

HIV dan Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)

Skip to content