Kerentanan Penyandang Disabilitas dalam Isu HIV

2024

* Dokumen dalam Bahasa Indonesia
Menghadapi Risiko dalam Sunyi: Kerentanan Penyandang Disabilitas dalam Isu HIV. Presentasi untuk Pertemuan Nasional JPHIV 2024. Studi bekerja sama dengan Amerta Reksa Kayana, Indonesia.
Menghadapi Risiko dalam Sunyi: Kerentanan Penyandang Disabilitas dalam Isu HIV.

Menghadapi Risiko dalam Sunyi: Kerentanan Penyandang Disabilitas dalam Isu HIV. Presentasi untuk Pertemuan Nasional JPHIV 2024. Studi bekerja sama dengan Amerta Reksa Kayana, Indonesia.

Theresia P. Kusumoputri, Edwin Sutamto, Deni Widodo, Verdinand Heryadi Tedja, Ignatius Praptoraharjo

Latar belakang

Penyandang disabilitas merupakan kelompok rentan di dalam isu HIV, namun masih luput dari perhatian program. Belum tersedianya data yang mencukupi terkait penyandang disabilitas menghambat penyediaan program yang inklusif untuk penyandang disabilitas. Studi ini merupakan asesmen awal untuk memahami isu penyandang disabilitas dalam konteks HIV. Asesmen awal ini bertujuan menyediakan bukti dalam pengembangan kebijakan program terkait HIV yang inklusif dengan menggali faktor risiko HIV pada penyandang disabilitas. Tersedianya bukti ini, diharapkan dapat mendorong adanya program HIV yang inklusif.

Metode

Penelitian ini merupakan studi kuantitatif potong-lintang dengan total 422 responden di 8 wilayah di Indonesia. Periode pengumupulan data adalah Desember 2023 – Januari 2024 pada penyandang disabilitas daksa, netra, psikososial, dan tuli. Kami merekrut partisipan penyandang disabilitas melalui jejaring enumerator, yang juga merupakan penyandang disabilitas. Pertanyaan terkait faktor risiko HIV dalam penelitian ini merupakan adaptasi dari kuesioner Survei Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP) pada kelompok populasi kunci.

Hasil

Nilai tengah usia responden adalah 43 tahun, dengan rentang usia 18-80 tahun. Urutan responden terbanyak berasal dari kelompok daksa (37,6%), netra (28,3%), tuli (20.9%), dan psikososial (13,2%).

Sebesar 72,5% pernah melakukan hubungan seks, dengan rentang usia minimum pertama kali melakukan hubungan seks di usia 12-15 tahun. Hampir sepertiga (32,6%) pernah memiliki pasangan seks tidak tetap, baik pasangan kasual (suka sama suka) ataupun pasangan komersial. Situasi ini bersifat umum pada seluruh ragam disabilitas. Hampir seperlima (19,8%) memiliki lebih dari satu jenis pasangan seks. Dari yang pernah melakukan hubungan seks, hanya 15% yang pernah menggunakan kondom terlepas dari jenis pasangan seksnya.

Secara keseluruhan, hanya 29% yang merasa berisiko terinfeksi HIV, dengan proporsi paling tinggi pada kelompok tuli (43,8%) dan daksa (31,1%). Lebih spesifik dua alasan merasa berisiko paling banyak karena pernah melakukan hubungan seksual tanpa kondom (30,6%) dan memiliki pasangan seks lebih dari satu (26,2%).

Kerentanan penyandang disabilitas juga terlihat dari 10,3% yang melaporkan mengalami pemaksaan hubungan seks dengan proporsi terbanyak dari kelompok tuli (31,6%) dan psikososial (16.7%).

Kesimpulan

Hasil dari studi ini menunjukkan mendesaknya kebutuhan untuk menyediakan program HIV yang spesifik menyasar penyandang disabilitas. Tingginya proporsi yang melakukan perilaku seksual berisiko serta posisi kerentanan mereka terhadap kekerasan seksual menjadi situasi penting yang membutuhkan tindak lanjut. Menyertakan penyandang disabilitas sebagai kelompok sasaran program HIV menjadi kebutuhan untuk bisa mencapai target eliminasi. Selain itu, memastikan tersedianya informasi dan layanan terkait HIV yang inklusif juga menjadi hal yang esensial untuk merespons situasi ini.

Only available in Indonesian

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Download

Kerentanan Penyandang Disabilitas dalam Isu HIV

Skip to content