Kesehatan Emosional dan Perilaku Remaja yang Hidup dengan HIV di Tujuh Kota di Indonesia. Presentasi untuk Pertemuan Nasional JPHIV 2024. Disertasi oleh Gracia V. P. K. Simanullang dengan Advisor oleh Judith A. Levy.
Latar Belakang
Remaja menghadapi berbagai tantangan psikososial dan perilaku dalam tahap perkembangan dari anak-anak menjadi dewasa. Remaja yang hidup dengan HIV mengalami berbagai tantangan tambahan baik dari sisi perawatan dan pengobatan maupun aspek emosi dan sosial. Studi ini bertujuan untuk menggambarkan kesehatan emosional dan perilaku remaja dengan HIV di Indonesia dengan mengukur tiga variabel dependen yaitu gejala depresi, kecemasan, dan kesehatan emosional dan perilaku.
Metode
Studi dengan metode potong lintang ini melibatkan 143 anak dengan HIV di tujuh kota di Indonesia. Kriteria partisipan yaitu remaja dengan HIV positif, berusia 13-18 tahun, telah mengetahui status HIV mereka, belum pernah menikah. Partisipan perlu memberikan persetujuan untuk terlibat dalam penelitian. Pemberian izin diberikan oleh remaja dan disertai oleh izin orangtua, jika remaja berusia di bawah 18 tahun. Partisipan remaja dengan HIV adalah rekomendasi dari organisasi masyarakat berbasis komunitas yang melakukan program pendampingan untuk anak di setiap kota.
Pengambilan data menggunakan metode wawancara tatap muka selama bulan Februari sampai Mei 2023. Kesehatan emosional dan perilaku dilihat melalui tiga konstruk yang diukur menggunakan alat ukur terstandar. Alat ukur ini, yaitu Strength Difficulties Questionnaire (SDQ), Patient Health Questionnaire (PHQ)-9, dan Generalized Anxiety Disorder (GAD)-7. Variabel independent meliputi karakteristik sosial demografi, riwayat HIV, dan variable psikososial lainnya.
Hasil
Rata-rata usia partisipan remaja adalah 15,9 tahun dan lebih dari setengahnya adalah perempuan (55,94%). Dari 143 partisipan sebanyak 55% melaporkan mengalami masalah emosional dan perilaku tingkat tinggi dalam enam bulan terakhir. Sebanyak 45,5% melaporkan gejala depresi sedang hingga berat dalam dua minggu terakhir. Lalu, terdapat 38% melaporkan mengalami kecemasan umum sedang hingga berat dalam dua minggu terakhir. Remaja perempuan melaporkan masalah emosional dan perilaku, gejala depresi, dan kecemasan umum yang lebih besar daripada anak laki-laki. Analisis multivariat menunjukkan adanya hubungan antara ketiga variabel dependen. Variabel ini meliputi gender, metode penularan HIV, persepsi terhadap penyakit, relasi romantis, pemanfaatan ARV, dan tipe pengasuh utama.
Kesimpulan
Penelitian menunjukkan pentingnya mengembangkan dan menawarkan dukungan kesehatan mental dan layanan yang kontekstual dengan karakter dan domisili remaja dengan HIV tinggal. Program penanggulangan HIV remaja yang hidup dengan HIV harus mencakup strategi yang membantu remaja, keluarga, dan komunitas, lembaga pendamping anak dan remaja yang hidup dengan HIV dalam mengidentifikasi dan mengadopsi metode penanganan yang efektif bagi mereka.
Selain itu, aspek-aspek yang berkaitan dengan kesehatan emosional dan perilaku pada remaja dapat menjadi dasar pengembangan program-program untuk remaja dengan HIV. Dukungan perawatan dan psikososial yang komprehensif mencakup bagaimana membangun ketangguhan dalam mengatasi berbagai kesulitan akibat HIV dan menumbuhkan perasaan berdaya dalam menghadapi tantangan hidup dengan HIV menjadi prioritas dalam program penanggulangan HIV untuk remaja.