Media Massa dan Media Sosial Memperkeruh Stigma HIV dan ODHA (?)

2019

Bisa dipastikan, kamu pasti sudah tidak asing dengan istilah media massa dan media sosial. Jika merunut pengertian yang ditulis Kamus Besar Bahasa Indonesia, media massa adalah sarana dan saluran resmi sebagai alat komunikasi untuk menyebarkan berita dan pesan kepada masyarakat luas. Media massa lalu identik dengan saluran televisi, radio, koran, situs-situs berita dan lain sebagainya. Sementara itu, pengertian media sosial lebih melekat kepada sarana komunikasi kolektif yang berkembang secara daring (online). Fondasi media sosial adalah teknologi berbasis komputer yang memfasilitasi pertukaran ide, pemikiran, dan informasi melalui pembangunan jaringan dan komunikasi virtual. Secara desain, basis internet pada media sosial memberi keleluasaan pengguna untuk memperoleh dan membagikan beragam konten baik informasi pribadi, dokumen, video, maupun foto secara cepat. Akan tetapi, hadirnya media massa dan media sosial yang semakin canggih di tengah-tengah kita bukan tanpa masalah.

Dalam mengemas pemberitaan, media massa kerap terjebak pada pemilihan judul-judul yang justru semakin menguatkan stigma terhadap HIV dan ODHA. Hingga saat ini PPH Unika Atma Jaya, masih dengan mudah menemukan judul-judul berita yang cenderung memupuk stigma. Beberapa di antaranya, “Meninggal karena AIDS, Ternyata Pria Ini Sudah Pacari 40 Wanita”“Kerap Berhubungan Seks Saat Pacaran, Perempuan Ini Derita HIV-AIDS”, “Gay Paling Banyak Idap HIV di Kecamatan Cilandak”, “Mungkinkah Tertular HIV saat Kita Berenang?”, “Begini Curhat Pelaku Homoseksual yang Akhirnya Derita AIDS”.

Sementara itu, menjelang akhir tahun 2018 lalu, jagad media sosial terutama laman beranda Facebook dan grup WhatsApp diramaikan dengan kabar berantai perihal buah pisang dengan bercak merah di dalamnya. Bercak merah itu disebut-sebut sebagai darah dan mengandung virus HIV/AIDS. Katanya, sekelompok orang dengan sengaja menyuntikan darah ODHA dengan tujuan membunuh jutaan orang di seluruh dunia. Agar lebih meyakinan, pada unggahan tersebut juga disertai foto yang menggambarkan pisang sedang disuntik cairan merah. Unggahan yang entah berasal dari mana dan awalnya berbahasa Spanyol itu segera populer. Dibagikan oleh 11.000 orang dan mendapatkan lebih dari 10.000 respon, padahal kebenarannya belum bisa dibuktikan hingga sekarang.

Menolak Terjebak Dalam Lingkaran Setan Stigma HIV dan ODHA? Ikuti Cara Ini!

Pemberitaan di media massa dengan judul-judul clickbait[1] dan unggahan hoax[2] di media sosial dapat memperkeruh stigma terhadap HIV dan ODHA. Stigma tersebut biasanya berupa HIV adalah penyakit kotor, mudah sekali menular, dan pembunuh tanpa ampun. Kehadiran stigma membuat ODHA rentan mengalami diskriminasi dalam berbagai ruang lingkup, mulai dari kesehatan (sulit mendapatkan pengobatan), pendidikan (dikeluarkan dari institusi pendidikan karena statusnya), ekonomi (sulit mendapatkan pekerjaan), hingga masyarakat dan keluarga (dikucilkan atau dijauhi)[3]. Namun, kamu bisa menjadi bagian dari gerak perlawanan terhadap stigma terhadap HIV dan ODHA. Ada beberapa langkah yang bisa kamu lakukan, yakni:

  • Kritis dalam menyaring informasi di media massa dan media sosial. Jangan langsung percaya dengan berita dan/atau informasi yang belum jelas atau berasal dari sumber yang tidak terpercaya.
  • Tidak ikut menyebarkan konten yang mengarah pada stigmatisasi HIV dan ODHA di media sosial milikmu. Kamu bisa juga selalu melakukan self reminding untuk tidak menggunakan kata-kata yang cenderung menstigma HIV dan ODHA.
  • Perbanyak refrensi atau pengetahuan ilmiah tentang HIV dan ODHA. Kamu bisa membaca artikel-artikel, laporan penelitian, hingga jurnal yang pernah diterbitkan oleh PPH UNIKA Atma Jaya juga lho!
  • Berbagilah pengetahuan yang kamu miliki kepada orang lain mengenai HIV dan ODHA. Ajaklah mereka untuk berbicara mengenai stigma dan bagaimana mengubahnya. Berikan pengertian perlahan kepada orang-orang lain yang belum mengetahui bahwa stigma dapat melukai orang lain-dalam hal ini ODHA-.

Refrensi penulisan artikel:

  • Aotari, Fuji. (2018). Seri Monitor dan Dokumentasi 2018: Stigma HIV Impresi Yang Belum Terobati. Jakarta: LBH Masyarakat.
  • “Lingkaran Setan Stigma HIV/AIDS yang Tak Berujung”. CNN Indonesia. 1 Desember 2018.

Diakses di https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20181130190657-255-350330/lingkaran-setan-stigma-hiv-aids-yang-tak-berujung


[1] Clickbait adalah judul berita yang menarik perhatian, bisa terdengar bombastis dan membuat penasaran. Biasanya digunakan untuk konten web agar calon pembaca segera mengklik konten yang mungkin saja tidak terlalu menarik. https://www.techopedia.com/definition/31287/clickbait, diakses pada 26 Juli 2019.

[2]Hoax adalah sifat untuk menipu atau untuk mempercayai atau menerima sebagai kebenaran walaupun seringkali tidak masuk akal. https://www.merriam-webster.com/dictionary/hoax, diakses pada 26 Juli 2019

[3] Aotari, Fuji. (2018). Seri Monitor dan Dokumentasi 2018: Stigma HIV Impresi Yang Belum Terobati. Jakarta: LBH Masyarakat.

Only available in Indonesian

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Download

Media Massa dan Media Sosial Memperkeruh Stigma HIV dan ODHA (?)

Skip to content