Mengenal Gangguan Neurokognitif pada Orang dengan HIV

2020

Ilustrasi perawatan orang dengan HIV untuk artikel Mengenal Gangguan Neurokognitif pada Orang dengan HIV
Ilustrasi. Mengenal Gangguan Neurokognitif pada Orang dengan HIV

Terapi kombinasi antiretroviral (ARV) dapat membantu mencegah perburukkan kondisi orang dengan HIV dan meningkatkan angka harapan hidup mereka. Di masa sebelum terapi ARV, banyak terjadi kasus gangguan fungsi kognitif akibat infeksi virus yang menyebabkan proses inflamasi pada otak. Dengan meningkatnya cakupan dan kualitas pengobatan ARV, kasus gangguan fungsi kognitif semakin berkurang, namun tidak hilang.

Terapi ARV jangka panjang membuat orang dengan HIV dapat mencapai usia lanjut, namun demikian penurunan fungsi kognitif tetap mungkin terjadi. Kondisi tersebut, yaitu HIV Associated Neurocognitive Disorder (HAND) sering muncul, walaupun sudah dalam pengobatan ARV jangka panjang. HAND adalah istilah umum untuk berbagai tingkat gangguan fungsi kognitif yang terjadi pada orang dengan HIV. Gangguan tersebut melibatkan setidaknya dua area kognitif, seperti kemampuan memproses informasi, fungsi eksekutif, perhatian, daya ingat, keterampilan psikomotor, dan bahasa. Gejala HAND termasuk penurunan yang nyata dalam kemampuan menjalankan fungsi sehari-hari. Berdasarkan tingkat keparahannya, HAND dalam tiga tanda gejala, yaitu tanpa gejala atau Asymptomatic Neurocognitive Impairment (ANI), gejala ringan atau Mild Neurocognitive Disorder (MND), dan demensia HIV atau HIV Associated Dementia (HAD).

Sebuah studi meta-analysis yang menelaah 123 artikel penelitian melaporkan prevalensi global kasus HAND adalah sebesar 42,6%. Prevalensi HAND berbeda secara signifikan pada tiap wilayah di dunia. Latin Amerika dan Karibia sebesar 59%, Afrika Sub-Sahara sebesar 45,2%, wilayah Eropa Barat dan Tengah serta Amerika Utara sebesar 41,4%, dan Asia Pasifik sebesar 39,4%. Prevalensi tersebut juga berbeda, walaupun tidak signifikan, di negara-negara dengan pendapatan rendah (42,8%), menengah (46,4%), dan tinggi (40,5%). Berbagai penelitian dari negara-negara berpendapatan rendah dan menengah menunjukkan prevalensi gangguan neurokognitif antara 11,5% – 73,6%, dan HAD sebesar 1 – 5%. 

Gangguan Neurokognitif pada orang dengan HIV

Beragam studi menunjukkan berbagai kondisi yang dapat terjadi bersamaan dengan HIV Associated Neurocognitive Disorder (HAND). Kondisi tersebut menurunkan fungsi kognitif, walaupun mekanismenya belum jelas. Fungsi kognitif yang terganggu pada orang dengan HIV yang mempunyai indeks massa tubuh yang rendah, kadar lemak darah yang tinggi, atau masalah pada hati atau ginjal.

Penyakit-penyakit lain yang dapat terjadi bersama dengan HAND adalah penyakit jantung dan pembuluh darah, diabetes, epilepsi, serta gangguan jiwa. Infeksi hepatitis C tidak mengganggu fungsi kognitif, kecuali jika infeksi tersebut menyebar ke otak (encephalopathy). Depresi juga tidak menurunkan fungsi kognitif, walaupun sering terjadi bersamaan dengan HAND.

Kondisi HAND lebih banyak ditemukan pada orang dengan HIV yang berusia lanjut (di atas 50 tahun) dan sudah terinfeksi selama lebih dari 20 tahun. Pada usia lanjut, terjadi proses degeneratif (penuaan) pada jaringan otak yang menyebabkan penurunan fungsi kognitif. Usia lanjut, namun demikian, belum menjadi faktor risiko karena hasil-hasil penelitian masih kontroversi. HAND juga dapat terjadi, meskipun orang dengan HIV telah mengonsumsi ARV secara rutin, namun butuh penelitian lebih lanjut. Salah satu hal yang mungkin menjadi penyebab adalah beberapa jenis ARV yang belum terlalu efektif dalam menembus sawar darah otak. Ketika jumlah virus di dalam darah menurun dengan terapi ARV, proses peradangan otak masih bisa terjadi. Hal ini membutuhkan penelitian lebih lanjut.

Gejala Penurunan Kognisi pada HAND

Gejala penurunan fungsi kognitif pada HAND muncul secara bertahap dan perlahan. Biasanya diawali dengan gangguan konsentrasi, sulit memusatkan perhatian, dan mudah lupa. Pada tahap yang lebih berat (HAD), juga dapat muncul gangguan pergerakan, seperti tidak seimbang saat berjalan, tremor, bahkan gejala-gejala seperti pada penyakit Parkinson. Gejala-gejala yang tidak terkait dengan fungsi kognitif juga bisa terjadi, seperti kesulitan menahan buang air kecil. Kesulitan dalam menjalani aktivitas sehari-hari juga bisa terjadi, bahkan dalam kondisi penurunan fungsi kognitif yang ringan (ANI atau MND). Biasanya, orang dengan HIV perlu bantuan oleh orang lain untuk melakukan aktivitas seperti memasak, belanja, atau mengurus keuangan pribadi.

HAND dapat menurunkan kualitas dan angka harapan hidup orang dengan HIV, serta kepatuhan mereka dalam mengonsumsi ARV (1,3). Penurunan fungsi kognitif pada HAND dapat terus berlangsung walaupun terapi ARV juga masih berjalan. Dengan demikian, evaluasi fungsi kognitif secara rutin penting untuk dilakukan pada orang dengan HIV sehingga dapat mendeteksi terjadinya HAND sejak dini.

Orang dengan HIV juga membutuhkan pengetahuan tentang fungsi kognitif dan bagaimana mengenali gejala penurunan fungsi tersebut. Dengan terdeteksinya masalah kognitif sejak awal, intervensi dapat mencegah perburukkan kondisi orang dengan HIV. Hal lain adalah mendiagnosis dan mengobati penyakit-penyakit lain yang mungkin memengaruhi penurunan fungsi kognitif. Dengan teratasinya berbagai penyakit tersebut memungkinkan dapat membantu mencegah terjadinya HAND.

Only available in Indonesian

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Download

Mengenal Gangguan Neurokognitif pada Orang dengan HIV

Skip to content