Menyemai Asa Orang dengan HIV pada Vaksin COVID-19

2021

Foto Hanya Ilustrasi.

Sebagian dari kita tentu setuju bila 2020 dikatakan sebagai salah satu periode tersulit dalam hidup, terutama jika dikaitkan dengan penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19). Pandemi global menjadi istilah sehari-hari yang sangat akrab sekaligus mengkhawatirkan, sebab seakan mengingatkan bila COVID-19 masih betah bersarang di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Bagi mereka yang memiliki kondisi kesehatan khusus seperti orang dengan HIV, kekhawatiran akan pandemi dan infeksi virus corona berlipat ganda. Pun ketika warga dunia diberikan binar harapan melalui penemuan dan pengembangan vaksin COVID-19, orang dengan HIV masih harus berjibaku dengan rasa waswas tentang keamanan vaksin bagi tubuh mereka.

Menjawab kekhawatiran efektivitas dan keamanan vaksin COVID-19 pada orang dengan HIV, sejumlah uji coba dan penelitian lantas dilakukan. Dilansir dari artikel Poz dan HIVplusmag, selain dari CoronaVac (produksi Sinovac), uji coba klinis vaksin dari Pfizer dan Moderna telah dilakukan dengan melibatkan orang dengan HIV. Uji coba Pfizer merangkul tak kurang dari 120 orang dengan HIV, sedangkan Moderna melibatkan 176 orang dengan HIV. Melalui uji coba ini, sejumlah temuan melegakan terungkap. Hanya ada satu orang HIV-positif yang masuk dalam kelompok plasebo, tidak ada kelompok vaksin yang menujukkan perkembangan gejala COVID-19 setelahnya, dan tidak ada masalah keamanan mengkhawatirkan yang dilaporkan dari para sukarelawan vaksin.

Tidak dapat dipungkiri bila vaksin COVID-19 kepada orang dengan HIV memunculkan spekulasi terkait efektivitas vaksin yang bisa berbeda-beda pada setiap individu. Misalnya saja, ada orang yang setelah divaksin menurunkan kemungkinan tertular COVID-19 lebih dari 80%, tetapi ada juga yang kurang dari angka tersebut. Akan tetapi, hal itu masih jadi dugaan-dugaan yang belum terbuktikan, dan tentu saja tidak bisa dijadikan alasan penolakan vaksinasi. Selain itu, vaksin COVID-19 juga tidak mengandung virus hidup yang memungkinkan timbulnya masalah bagi orang dengan HIV. Malahan, sejumlah penggiat isu HIV internasional seperti Matthew Hodson (Executive Director the U.K National Aids Manual AIDSMaps) yang telah hidup dengan HIV selama 22 tahun tidak sedikitpun ragu untuk menerima vaksin COVID-19.

Lebih jauh, dalam artikelnya, HIVplusmag melansir bahwa vaksin COVID-19 tidak akan menyebabkan masalah dengan obat HIV (ARV) yang dikonsumsi. Organisasi-organisasi HIV internasional pun telah melaporkan adanya kesalahan informasi yang sampai ke sebagian orang mengenai hal ini. Dalam kekeliruan informasi itu disebutkan jika orang dengan HIV yang tengah menjalani ARV tidak boleh mendapatkan vaksin. Hal tersebut tidak benar, justru sangat penting untuk tetap dalam terapi ARV saat sedang dan setelah divaksin. Sebagai tambahan, vaksin COVID-19 juga tidak memberikan pengaruh kepada orang dengan HIV yang sedang menjalankan terapi hormonal.

Temuan-temuan tersebut semakin menguatkan isi dokumen rilisan UNAIDS tertanggal 12 Januari 2021 tentang Vaksin COVID-19 dan HIV. Dinyatakan bahwa vaksin COVID-19 aman dan memberikan manfaat yang sama kepada semua orang, termasuk orang dengan HIV. Tidak ada data yang menunjukkan kekhawatiran bahwa orang dengan HIV bisa mendapatkan risiko lebih besar terkait pemberian vaksin dibandingkan dengan populasi umum. Oleh karena itu, tidak ada alasan bagi orang dengan HIV untuk tidak melakukan vaksinasi. Walaupun demikian, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh orang dengan HIV. Diantaranya, orang dengan HIV harus tetap menjalankan terapi ARV yang efektif dan mempertahankan tindakan pencegahan COVID-19 -menjaga jarak fisik, mencuci tangan, mengenakan masker dsb-. Selain itu perlu diingat, jika seseorang dengan HIV mengalami infeksi oportunistik, sebaiknya dikonsultasikan kembali dengan dokter sebelum melakukan vaksinasi COVID-19.

Di konteks lokal, Surat Keputusan Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan RI perihal petunjuk teknis skrining sebelum vaksinasi memuat ketentuan pemberian vaksin kepada orang dengan HIV. Skrining sebelum vaksinasi akan dilakukan untuk memastikan bila angka CD4. Orang dengan HIV yang mempunyai angka CD4 <200 (kurang dari 200) atau tidak diketahui, tidak dapat menerima vaksinasi. Poin krusial ini perlu diingat oleh teman-teman yang hidup dengan HIV agar dapat mempersiapkan diri menerima vaksinasi COVID-19 guna mengurangi kekhawatiran dan mengupayakan pemutusan mata rantai penyebaran virus corona.

Refrensi:

Petunjuk Teknis Pelaksanaan Vaksinasi Dalam Rangka Penanggulangan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

COVID-19 vaccines and HIV (unaids.org)

https://www.hivplusmag.com/news/2021/3/02/what-people-living-hiv-need-know-about-covid-19-vaccines

https://www.poz.com/article/covid19-vaccine-here-safe-for-people-HIV


Disclaimer: Tulisan ini mewakili opini penulis dan tidak menggambarkan opini dan sikap Pusat Penelitian HIV Atma Jaya.

Only available in Indonesian

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Download

Menyemai Asa Orang dengan HIV pada Vaksin COVID-19

Skip to content