Proses peer review merupakan salah satu bagian penting dalam mendukung penelitian yang berkualitas. Seperti yang kita ketahui bahwa suatu jurnal ilmiah biasanya menerbitkan artikel yang telah diriviu oleh beberapa pakar peneliti atau kelompok akademisi untuk memastikan bahwa artikel tersebut ditulis dengan baik dan sudah mengikuti standar penelitian yang layak. Proses peer review sendiri juga dianggap sebagai pengalaman proses belajar bagi kedua belah pihak, yaitu pihak yang di-review (penulis) dan pihak yang melakukan penilaian (reviewer).
Budaya peer review itu sendiri saat ini setidaknya sudah cukup diterima dengan baik di kalangan peneliti. Peer review dapat menjadi salah satu metode knowledge sharing untuk memperkuat kualitas produk penelitian, tidak terbatas pada jurnal ilmiah saja namun juga untuk buku maupun bentuk laporan penelitian lainnya. Ada berbagai prosedur dalam mengkaji karya ilmiah, namun sangat jarang yang secara khusus memberikan panduan untuk melakukan penilaian secara obyektif. Studi telah menunjukkan bahwa ada banyak keputusan penilaian yang tidak memuaskan yang dianggap sebagai masalah dalam peer review (Atkinson, 2001). Beberapa reviewer dianggap tidak memiliki panduan yang jelas tentang bagaimana meninjau suatu artikel atau produk penelitian dan cenderung bergantung pada subjektivitas mereka atau pengalaman mereka sebelumnya saat melakukan penilaian. Hal ini akan berimplikasi pada kualitas tulisan dan hasil kerja reviewer, yang pada akhirnya akan memiliki akibat negatif pula bagi hasil penelitian ataupun studi serta produk ilmu pengetahuan lainnya yang dilakukan oleh sebuah institusi.