Telusur Kontak dan Hubungan Baik: Penanganan Wabah Mpox 2023 pada Populasi Kunci Lelaki Seks dengan Lelaki (LSL) di DKI Jakarta. Presentasi untuk Pertemuan Nasional JPHIV 2024.
Fikri Haidar, Rinaldi Ridwan, Nidia Muryani, Ignatius Praptoraharjo, Adi Nugroho, Benjamin Hegarty
Latar Belakang
Mpox mewabah pada Oktober 2023 di Indonesia. Sejak 13 Oktober hingga 26 November 2023, terdapat 59 kasus terkonfirmasi di Indonesia dengan DKI Jakarta mencatat 42 kasus. Populasi lelaki seks dengan lelaki (LSL), terutama yang hidup dengan HIV, memiliki risiko tinggi karena infeksi Mpox yang melalui kontak seksual berisiko.
Menyikapi lonjakan kasus ini, Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan RI dan Dinas Kesehatan DKI Jakarta berkolaborasi dengan organisasi masyarakat pendamping orang dengan HIV untuk meredam infeksi. Kolaborasi ini berhasil meredam laju infeksi Mpox di DKI Jakarta dari 26 November hingga 2 Desember 2023. Indonesia mengkonfirmasi kasus Mpox terakhir pada periode 26 Mei – 8 Juni 2024. Hingga kini, studi mengenai Mpox masih berfokus kepada studi klinis. Pembahasan penanganan Mpox dari perspektif kesehatan masyarakat belum pernah dilakukan. PPH UAJ bersama Kirby Institute ingin menelusuri penanganan Mpox dengan pendekatan komunitas. Dengan sekitar 70% orang dengan Mpox memiliki HIV sebagai kondisi penyerta, sistem pelayanan HIV dan pelibatan populasi kunci menghasilkan pendekatan yang efektif.
Metode
Penelitian ini merupakan interview-based study untuk menelusuri respons organisasi masyarakat dan pemangku kepentingan terhadap Mpox pada kelompok LSL. Pemilihan informan menggunakan snowballing dan menghasilkan 21 informan yang mencakup penerima vaksin, pemangku kepentingan yang terdiri dari organisasi non-pemerintah, staf pemerintahan, dan organisasi masyarakat, termasuk petugas pendamping lapangan, serta penerima vaksin Mpox di Jakarta. Wawancara berlangsung sejak Juni hingga September 2024 secara daring dan tatap muka. Analisis data menggunakan teknik analisis tematik induktif.
Hasil
Pelibatan populasi kunci pada penanganan Mpox bermula dari upaya dalam menemukan kasus. Laporan Kementerian Kesehatan RI pada November 2023 menunjukkan hampir 80% orang dengan Mpox adalah LSL. Maka dari itu, Pemerintah mengundang organisasi masyarakat pendamping untuk menentukan cara terbaik untuk berkomunikasi dengan mereka dan apa yang perlu dikerjakan bersama.
Terdapat beberapa upaya yang kami temukan. Pertama, organisasi masyarakat dan petugas lapangan, orang yang berisiko dapat teridentifikasi melalui sistem layanan HIV, seperti kunjungan berkala untuk akses ARV dan PrEP di layanan kesehatan. Kedua, penelusuran kontak Mpox menggunakan respons cepat COVID-19 dan sistem layanan HIV. Melalui petugas lapangan, orang yang terduga Mpox dapat dengan aman memberikan informasi riwayat perilaku seks berisiko. Melalui jaringan, orang yang berisiko dapat teridentifikasi dan dijangkau untuk melakukan tes. Ketiga adalah hubungan baik antara petugas lapangan, organisasi masyarakat, dan orang yang berisiko memudahkan koordinasi layanan penanganan Mpox. Petugas lapangan mendampingi proses layanan di Puskesmas, memberikan rasa aman untuk orang yang berisiko. Familiaritas orang yang berisiko terhadap pelayanan HIV juga memberikan rasa nyaman untuk memberikan riwayat hubungan seks berisiko. Hubungan yang telah terjalin antara petugas lapangan dengan tenaga medis juga memudahkan rujukan jika orang yang berisiko melaporkan dugaan gejala Mpox.
Kesimpulan
Penanganan Mpox di Indonesia melibatkan organisasi masyarakat pendamping LSL dengan HIV untuk respons yang efektif. Melalui petugas lapangan, organisasi masyarakat terlibat untuk mengidentifikasi dan menjangkau orang yang berisiko Mpox. Pelibatan ini menghasilkan pemanfaatan sistem layanan HIV, respons cepat untuk penelusuran kontak, dan pemanfaatan hubungan baik antara organisasi masyarakat dan tenaga medis di puskesmas. Pemberdayaan populasi kunci melalui pelibatan praktik baik menangani Mpox berhasil meredam wabah pada Oktober 2023 dan menghentikan laju infeksi pada Desember 2023 di Jakarta.