Rehabilitasi Pecandu Napza antara Tantangan dan Kebutuhan

2019

Photo by Adhy Savala on Unsplash

Laporan UNODC 2019 menunjukkan sebanyak 35 juta orang di seluruh dunia bermasalah dengan kecanduan akibat penggunaan narkoba. Sementara, hasil survei dua tahun sebelumnya sebanyak 271 juta populasi dunia pernah menggunakan napza dalam 1 tahun terakhir dengan rentang usia 15-64 tahun. Terdapat 1 dari 7 orang yang menerima terapi pengobatan setiap tahun. Beberapa negara di Afrika, Eropa Timur dan negara-negara Asia lainnya lazim untuk memenjarakan pecandu narkoba.

Dalam rentang waktu 4 tahun sejak 2015, terjadi lonjakan besar jumlah pidana pengguna narkotika tanpa mendapatkan rehabilitasi. Hasil survei BNN (2017) menunjukkan bahwa terdapat 135ribu kasus narkotika dengan 70% dari penghuni lapas atas kasus tersebut adalah pengguna.

Rehabilitasi pecandu Napza belum maksimal

Upaya melakukan perawatan para pecandu melalui program rehabilitasi belum maksimal. Tantangan dari program rehabilitasi termasuk infrastruktur, pembiayaan, dan kualitas program. Benang merah kebijakan terapi dan rehabilitas secara global belum menemui titik terang. Perdebatan dan penolakan pembiayaan perawatan pecandu oleh asuransi kesehatan di berbagai negara, termasuk Indonesia, sering terjadi. Lalu, pendekatan rehabiltiasi sistem rawat inap memerlukan pola penanganan yang berbeda berdasarkan berbagai pertimbangan. Baik dari jenis zat, pola penggunaan zat, komplikasi fisik atau psikis, tingkat usia, dukungan keluarga serta tingkat produktivitas. Dari segi pembiayaan, terdapat resistensi penerimaan terhadap gangguan penggunaan napza sebagai penyakit kronis. Hal ini dapat mempengaruhi pola pembiayaan dan penatalaksanaan pertawatan pecandu napza di Indonesia.

Tantangan terbesar dalam rehabiltiasi ketergantungan napza adalah dua perspektif dalam proses pendekatan. Di satu sisi, melihat aspek kesejahteraan pecandu menjadi lebih berdaya, produktif dan membangun fungsi sosial yang lebih baik di masyarakat. Di sisi lain, ada upaya penegakan hukum dengan tindak pemberantasan dan penangkapan terhadap para pengguna narkoba. UU juga memaksa pecandu npaza untuk wajib lapor kepada institusi wajib lapor (IPWL), baik dengan pengakuan maupun oleh keluarga. Hal ini membawa konsekuensi pidana bagi keluarga yang tidak melaporkan anaknya ketika mengetahui dia menggunakan napza. Kekhawatiran ini membuat keluarga seringkali menyembunyikan status anak sebagai pengguna napza karena ketakutan menghadapi proses hukum. Tantangan lain adalah mengatasi kekambuhan dan pemulihan napza sebagai penyakit kronis yang kompleks. Maka dari itu, butuh pengkajian berkala rencana terapi individual untuk menemukan titik temu antara kebutuhan dan terapi yang tepat.

Menemukan rehabilitasi yang tepat

Fakta bahwa berbagai survei ada ketidakpuasan penerapan rehabilitasi bagi para pecandu kerena satu sistem berlaku untuk semua pecandu. Padahal, kebutuhan setiap individu berbeda. Kebanyakan klien rehabilitasi juga meninggalkan tempat rehabiltasi lebih dini dari program yang seharusnya mereka jalankan. Jika melihat tingkat kekambuhan lebih dari 50%, klien kembali menggunakan narkoba setelah 6 bulan keluar dari rehabilitasi. Pembiayaan rawat inap dalam jangka penjang juga menjadi masalah baru di tempat kerja, asuransi dan juga pembiayaan dari program pemerintah.

Setiap tahapan dari program rehabilitasi perlu memiliki tujuan perilaku yang jelas, untuk membantu pecandu memahami dan menjalani proses detoksifikasi. Proses ini bertujuan sebagai pemulihan secara fisik. Kemudian, melakukan proses rehabilitasi sesuai dengan hasil asesmen dan kebutuhan serta menentukan proses perawatan berkelanjutan untuk menjalakan program. Studi menunjukkan penerapan sistem monitoring secara berkala selepas mengikuti program rawatan justru mampu meningkatkan dan mempertahankan angka abstinensia. Walaupun secara berulang, tidak ada satu jenis terapi atau rehabilitasi yang cocok untuk semua pengguna narkoba. Sebagian dari mereka ada yang cocok dengan rawat inap jangka panjang. Sebagian lagi ada yang pulih hanya dengan perwatan jangka pendek tetapi yang lain bisa juga efektif hanya dengan terapi rawat jalan. Namun, keterlibatan keluarga pasca perawatan dan rehabilitasi merupakan bagian penting dalam proses pemulihan secara terus-menerus. Lingkungan sosial menjadi perhatian utama bagaimana proses pemulihan itu terjadi.

Only available in Indonesian

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Download

Rehabilitasi Pecandu Napza antara Tantangan dan Kebutuhan

Skip to content