Ringkasan Eksekutif
Sebuah strategi advokasi, sosialisasi, dan mobilisasi sosial merupakan hal yang diperlukan dalam Rencana Aksi Nasional Pengendalian Hepatitis. Utamanya, strategi ini berfungsi untuk menghasilkan lingkungan kondusif dalam rangka pencegahan dan pengendalian hepatitis. Target ini dapat dicapai dengan memberikan pengaruh kepada para pembuat kebijakan, masyarakat, dan pelaksana layanan. Strategi ini mengadaptasi pendekatan Micro-to-Macro Elimination, sehingga seluruh rencana intervensi yang disusun untuk mengeliminasi hepatitis perlu memperhatikan kekhasan dan kebutuhan setiap target sub-populasi. Pendekatan ini dioperasionalisasikan melalui tiga kategori kegiatan inti, yakni: 1) advokasi terhadap para pembuat kebijakan; 2) Sosialisasi pencegahan hepatitis B dan C bagi masyarakat; 3) Promosi kesehatan dan pencegahan hepatitis B dan hepatitis C di lingkungan kerja.
Kegiatan pertama, yakni advokasi akan bertujuan mempromosikan kebijakan publik yang mendukung pengembangan program, baik berupa peraturan ataupun praktik-praktik yang dapat mencegah dan mengendalikan hepatitis, serta memperbaiki status kesehatannya di kalangan populasi paling berisiko dan rentan, maupun di kalangan populasi umum. Adapun advokasi akan diimplementasikan melalui kegiatan pokok berikut ini: 1) meningkatkan kesadaran di kalangan pembuat kebijakan Kementerian/Lembaga di tingkat nasional dan daerah tentang pentingnya pengendalian hepatitis virus untuk membangun lingkungan program yang kondusif; 2) Mengkaji regulasi dan kebijakan serta mekanisme kelembagaan yang bisa membatasi akses ke pencegahan hepatitis dan intervensi pengobatan untuk populasi yang paling terdampak dan berisiko serta rentan; 3) melibatkan pemangku berbagai program nasional, seperti imunisasi, pengendalian infeksi, pengurangan dampak buruk, kebijakan obat, dan keamanan darah, HIV dan kanker, untuk respons sektor kesehatan terpadu; 4) melibatkan sektor-sektor lain untuk mengurangi stigma dan diskriminasi dalam pada sektor pelayanan kesehatan, pendidikan dan pekerjaan.
Kedua, kegiatan sosialisasi merupakan kegiatan ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan individu ataupun komunitas terkait pencegahan dan pengobatan hepatitis. Dalam jangka panjang, diharapkan sosialisasi dapat turut mengubat perilaku mereka agar semakin meningkatkan perilaku hidup sehatnya. Kegiatan-kegiatan pokok untuk sosialisasi ada sebagai berikut: 1) mempromosikan dan menguatkan kesadaran di kalangan komunitas dan masyarakat seputar hepatitis dan cara-cara penyebarannya; 2) berkolaborasi dan bermitra dengan dengan LSM dan pemangku kepentingan lainnya untuk menciptakan lingkungan yang memungkinkan untuk peningkatan skala program yang efektif, adil dan efisien; 3) mempromosikan dan memperkuat kesadaran virus hepatitis di kalangan populasi yang ditargetkan; 4) Memberdayakan populasi yang paling terkena dampak, termasuk pasien pada tingkat individu maupun kolektif; 5) melibatkan komunitas yang terdampak untuk terlibat pembuatan kebijakan, implementasi program dan pemantauan dampak; 6) mengenali dan melaksanakan Hari Hepatitis Sedunia (WHD).
Dan terakhir, promosi pencegahan hepatitis B dan C bagi para pekerja. Selain komunitas rentan, wanita hamil, kelompok pekerja juga termasuk sub populasi yang perlu diprioritaskan dan menjadi target promosi kesehatan dan pencegahan hepatitis. Beberapa aktivitas pokok yang akan dilakukan, diantaranya: 1) menetapkan pengendalian hepatisis sebagai bagian dari kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di berbagai lingkungan kerja industri dan perkantoran; 2) memastikan terlaksananya upaya promosi dan pencegahan penularan Hepatitis B dan C, serta penanganan kasus di lingkungan kerja industri atau perkantoran; 3) memastikan sumber daya yang memadai dan bangun kapasitas staf untuk tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi virus hepatitis; dan 4) Meningkatkan kesadaran di kalangan para pekerja melalui sosialisasi dan komunikasi tentang penularan hepatitis B dan C.