Pandemi COVID-19 dan status darurat yang menyertainya menghadirkan sejumlah fenomena baru yang terjadi di tengah masyarakat Indonesia. Salah satunya adalah anjuran untuk menjaga jarak atau batas fisik antar individu yang kemudian dikenal dengan istilah physical distancing. Anjuran menjaga jarak lantas diterapkan dengan berbagai cara, mulai dari meliburkan kegiatan belajar-mengajar dari tingkat sekolah dasar –bahkan TK[1], PAUD[2], dsb- sekolah tingkat menengah hingga perguruan tinggi, ketentuan untuk bekerja di rumah (working from home), dan juga melaksanakan ibadah di rumah masing-masing. Intinya, melakukan beragam aktivitas, terutama belajar, bekerja, dan beribadah dari rumah. Di ranah maya, gerakan tagar #dirumahaja pun muncul sebagai bentuk dukungan anjuran jaga jarak fisik ini.
Persoalannya kemudian, tidak semua orang dapat menghadapi #dirumahaja dengan baik. Sebab, menjaga jarak fisik turut menghadirkan dengan jarak sosial (social distancing) dan isolasi mandiri (self isolation) untuk sebagian orang, yang pada akhirnya dapat memicu permasalahan kesehatan jiwa. Pasalnya, ketakutan dan kecemasan terhadap COVID-19 bisa terasa luar biasa melelahkan secara emosional hingga mampu menyebabkan gangguan kecemasan (anxiety) dan stres. Seseorang sangat mungkin diliputi rasa takut dan cemas sehingga memunculkan tanda-tanda seperti denyut jantung menjadi cepat, jantung berdebar-debar (palpitasi), mual atau ingin muntah, gemetaran (tremor), sakit dada, sakit kepala, sesak napas, dan lain sebagainya. Oleh sebab itu, menjadi penting untuk kita memahami permasalahan kesehatan jiwa dan turunannya, termasuk masalah kecemasan dan psikosomatis[3], dalam konteks pandemi COVID-19 dan pembatasan sosial yang tengah dilakukan di Indonesia.
Menyikapi hal tersebut, Pusat Penelitian HIV AIDS UNIKA Atma Jaya (PPH UAJ) menyelenggarakan Lecture Series Virtual bertajuk “Dampak Masa Darurat Covid-19 Terhadap Kesehatan Jiwa“. Berlangsung pada Rabu sore (22/4) di aplikasi Zoom, kegiatan yang berlangsung daring selama dua jam ini memiliki 3 tujuan utama, yakni 1). Mensosialisasikan dampak COVID-19 terhadap kesehatan jiwa; 2). Mengidentifikasi faktor-faktor pemicu kesehatan mental pada kondisi darurat; 3). Mengidentifikasi faktor-faktor untuk mengatasi/menghindari terjadinya gangguan kesehatan jiwa pada kondisi darurat. Bertindak sebagai pemateri adalah Dr. Zahrasari Lukita Dewi, Dosen Fakultas Psikologi UNIKA Atma Jaya, Psikolog sekaligus Satgas COVID-19 untuk masalah keswa.
Sebagai bagian awal dari pemaparan materi, Dr. Zahrasari menjelaskan bahwa Pandemi COVID-19 membawa dampak negatif pada individu dan keluarga karena menyebabkan sejumlah permasalahan seperti perasaan stres dan panik, perubahan dalam banyak aspek kehidupan, situasi krisis (survival mode), ketidakpastian, illusion of safety, dan munculnya gangguan atau penyakit. Ia lantas menuturkan, “Situasi pandemi ini dihayati sebagai situasi stres dan traumatik pada hampir semua individu. Namun demikian, setiap individu akan memberikan respon yang unik dan berbeda satu sama lain dalam hal intensitas dan ekspresinya. Namun, pertanyaannya sekarang, apa yang membedakan?”.
“Letak perbedaannya ada pada window of tolerance. Window of tolerance merupakan suatu ilustrasi mengenai seberapa luas atau sempitnya level toleransi individu saat menghadapi stres atau trauma. Jika Window of Tolerance tidak berhasil disesuaikan dengan situasi trauma, maka dapat menyebabkan Psikosomatik, Depresi dan Gangguan Anxiety, Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD), Konflik Interpersonal (Attachment Issue), Self-Esteem Issue, Problem Emosi yang Kronis, Agresivitas, Relapse (Putus Pengobatan & Perawatan), Family and Marriage Problems dan lainnya”, tambahnya lagi.
Walaupun dengan format pelaksanaan yang berbeda dari Lecture Series biasa PPH UAJ yang dilakukan secara tatap muka, Lecture Series Virtual pertama kali ini tetap berjalan dengan lancar dan diwarnai antusiasme peserta. Pada sesi diskusi tanya-jawab, pertanyaan mengalir lancar hingga tidak terasa tiba di ambang batas waktu kegiatan. Sebelum menutup rangkaian Lecture Series Virtual, Dr. Zahrasari kembali mengulang poin strategi menghadapi perubahan hidup dalam masa darurat COVID-19 yang antara lain adalah Re-centering atau membangun sistem internal masing-masing invidu, Personal Awakening atau bangkit dan lalu menyesuaikan pola hidup, Re-integrating atau menyatukan potensi dan kekuata anggota keluarga, dan Getting Mindfulness atau mengkondisikan agar pikiran dan hati tenang. Sebagai bagian dari Satgas COVID-19, Dr. Zahrasari juga membagikan nomor kontak layanan psikologi online yang dapat diakses selama masa darurat COVID-19 ini:
Layanan Psikologi terkait Pandemik COVID-19, UNIKA Atma Jaya:
e-mail : layananpsi.fp@atmajaya.ac.id
HP: 0812-986-91914
Waktu Layanan: 08:00 – 16:00 setiap hari kerja
Telekonseling HIMPSI
Link: https://bit.ly/TelekonselingMasyarakat
HP Admin: 0811-9737-123 atau 0812-9517-2920
Waktu layanan 09:00 – 21:00 setiap hari kerja
Silakan pilih (klik) simbol unduh (download) pada bagian bawah artikel ini untuk mendapatkan pemaparan materi dari Lecture Series Virtual bertajuk “Dampak Masa Darurat Covid-19 Terhadap Kesehatan Jiwa”.
[1] Taman Kanak-kanak
[2] Pendidikan Anak Usia Dini
[3] Psikosomatis adalah penyakit yang melibatkan pikiran dan tubuh, di mana kondisi mental yang kurang baik akhirnya memengaruhi tubuh seseorang hingga memicu penyakit. Istilah ini juga digunakan untuk menyatakan keluhan fisik yang diduga disebabkan atau diperparah oleh faktor psikis atau mental, seperti stress dan rasa cemas.