Tentang International AIDS Conference
The International AIDS Conference merupakan pertemuan global untuk mempercepat respons HIV. Pertemuan ini mempertemukan antara sains dan teknologi, advokasi, dan hak asasi manusia melalui peneliti, pembuat kebijakan, tenaga kesehatan, orang yang hidup dengan HIV, pendonor, media, dan komunitas. Sejak 1985, pertemuan ini merupakan kesempatan untuk berbagai pihak bersama memperkuat kebijakan dan program implementasi untuk memastikan penanggulangan HIV berbasis bukti.
PPH UAJ memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dalam International AIDS Conference ke-25. Keempat rekan peneliti, Gracia Simanullang, Gaby Gabriela Langi, Made Diah Negara, dan Nidia Muryani menampilkan masing-masing hasil penelitian mereka melalui submisi e-poster atau infografis.
Simak ringkasan singkat tentang masing-masing e-poster atau inforgrafis mereka. Seluruh infografis dalam bahasa Inggris.
Gracia Valeska ‘Sisi’ Simanullang
Emotional and Behavioral Health among Adolescents Living with HIV in Seven Cities in Indonesia
Perawatan ARV memungkinkani anak dan remaja yang hidup dengan HIV tumbuh hingga dewasa. Seperti remaja lainnya, remaja yang hidup dengan HIV menghadapi fase pendewasaan fisik dan tantangan psikososial, serta mengatasi kondisi hidup dengan HIV. Sedikit penelitian yang membahas tentang prevalensi kesehatan emosional dan perilaku di antara remaja yang hidup dengan HIV atau mengidentifikasi faktor kunci yang membentuk prevalensi tersebut. Penelitian ini mencoba menjawab kesenjangan penelitian tersebut.
Gaby Gabriela Langi
PBB mengakui pentingnya mengembangkan dan mengintegrasikan penggunaan napza dalam konteks seksual atau chemsex ke dalam respons HIV yang sesuai dengan konteks sosial. Studi Chemsex oleh PPH UAJ merupakan respons meningkatnya praktik chemsex di antara lelaki seks dengan lelaki (LSL) and transpuan, serta keterbatasan sumber daya dalam respons HIV terkini di Indonesia. Studi ini bertujuan untuk menilai kelayakan dan penerimaan dalam mengintegrasikan intervensi pengurangan dampak buruk (harm reduction) ke dalam layanan HIV oleh organisasi masyarakat sipil, dan klinik HIV yang ditunjuk resmi oleh Kementerian Kesehatan RI.
Made Diah Negara
Raising The Voice of the HIV Community: Community-led Monitoring (CLM) in Indonesia
Epidemi HIV di Indonesia telah menurun seiring dengan peningkatan layanan yang signifikan untuk menanggulangi HIV. Namun, menghentikan pandemi keseluruhan membutuhkan lebih dari terobosan saintifik atau perluasan layanan. Hal ini membutuhkan pelibatan multi-pihak, terutama orang yang menerima manfaat dalam layanan HIV. Dengan kebutuhan ini, meningkatkan kapasitas orang dengan HIV dan jaringan populasi kunci untuk memantau kualitas pemberian layanan dan mengadvokasikan akses yang setara menjadi upaya strategis untuk meningkatkan tahapan layanan yang berkelanjutan di Indonesia
Nidia Muryani
Model of Voluntary Medical Male Circumcision (VMMC) in Papua, Indonesia
Sirkumsisi medis sukarela untuk laki-laki dapat mengurangi risiko infeksi HIV melalui hubungan seks heteroseksual pada laki-laki hingga 60%. Kebanyakan laki-laki di Indonesia telah menjalani proses sirkumsisi, kecuali di Tanah Papua. Papua, Indonesia memiliki prevalense HIV dengan 10 kali lebih tinggi dari angka nasional pada angka 5%. Studi ini bertujuan untuk mengembangkan model sirkumsisi medis and menilai kelayakan, penerimaan, dan keamanan sebagai pilihan intervensi dalam mencegah infeksi HIV pada laki-laki berumur 15-19 tahun.