Search
Close this search box.

Penerimaan dari Layanan Sirkumsisi Medis Sukarela di Papua

Kajian Sirkumsisi Medis Sukarela (SMS) di Nabire, Papua. Tim PPH UAJ bersama dengan tenaga medis di Puskesmas Kalibumi, Nabire, Papua Tengah.
Tim PPH UAJ bersama dengan tenaga medis di Puskesmas Kalibumi, Nabire, Papua Tengah.

Berlangsung sejak tahun 2022, kajian Sirkumsisi Medis Sukarela (SMS) bagi Laki-laki di Papua telah sampai pada fase akhir. Bersama dengan School of Public Health, University of Illinois at Chicago, PPH UAJ berhasil melakukan kajian selama 18 bulan untuk merancang layanan sirkumsisi medis sukarela (SMS) bagi laki-laki Papua dan menguji kelayakan dan penerimaan layanan di pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas). Kajian dilakukan di tiga puskesmas, yaitu Puskesmas Samabusa, Puskesmas Kalibumi, dan Puskesmas Bumi Wonorejo di Kabupaten Nabire, Papua Tengah. 

Secara singkat, masyarakat di Papua menyambut positif sirkumsisi medis sukarela dengan tujuan mencegah penyebaran infeksi HIV di Papua. Upaya mengenalkan sirkumsisi medis sukarela kepada masyarakat di Papua melalui proses pendekatan yang sensitif terhadap aspek budaya lokal. Tim peneliti melibatkan pemangku kepentingan strategis. Pemangku kepentingan termasuk Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, Puskesmas, sekolah, masyarakat lokal yang terdiri dari tokoh agama, tokoh adat, guru, orangtua, serta siswa SMP dan SMA. Keterlibatan yang bermakna dengan masyarakat lokal membentuk model SMS yang partisipatif. Model yang partisipatif ini melalui rangkaian pertemuan dengan pemangku kebijakan beserta berbagai lapisan masyarakat lokal.

Mengapa sirkumsisi medis sukarela?

Belajar dari upaya negara-negara di Afrika, sirkumsisi medis sukarela terbukti mampu melindungi terjadinya penularan HIV penularan HIV pada laki-laki. Tanah Papua hanya memiliki 1,5% dari total populasi, tetapi menyumbang lebih dari 15% dari kasus HIV baru di Indonesia. Papua memiliki prevalensi HIV di Indonesia, yaitu 3% pada tahun 2016. Selain itu, hubungan heteroseksual mendominasi faktor risiko infeksi HIV. Dengan rendahnya praktik sirkumsisi di Papua, terdapat potensi sirkumsisi medis pada laki-laki remaja di Papua dapat menjadi salah satu solusi pencegahan penularan HIV.

Siapa target layanan sirkumsisi medis sukarela?

Laki-laki yang berusia 15 tahun atau lebih yang belum pernah melakukan sirkumsisi atau tidak melakukan modifikasi penis sebelumnya. 

Apakah sirkumsisi medis sukarela aman dilakukan?

Peserta yang menerima layanan sirkumsisi medis sukarela melaporkan nyeri ringan dengan hampir tidak ada kejadian yang diinginkan. Dari total 94 peserta sirkumsisi, hanya terdapat 2 peserta yang mengalami pendarahan pasca prosedur. Bekerja sama rumah sakit lokal, RSUD Nabire dengan sigap menangani kejadian ini dan teratasi tanpa menimbulkan komplikasi lebih jauh. 

Apakah layanan bisa dilakukan di Puskesmas?

Ketiga puskesmas pemberi layanan sirkumsisi medis sukarela mendapatkan skor kepuasan >90% dari peserta penerima sirkumsisi medis. Hal ini menunjukkan kemampuan puskesmas setempat untuk memberikan layanan sirkumsisi medis yang aman dan terpercaya. 

Apakah sirkumsisi medis sukarela dapat diterima oleh masyarakat di Papua?

Keberhasilan dari layanan ini menunjukkan bahwa sirkumsisi medis sukarela aman untuk dilakukan. Kekhawatiran utama dari sirkumsisi medis adalah rasa sakit, infeksi, dan luka pada penis. Maka dari itu, ketika sirkumsisi medis berhasil dengan aman, para peserta menunjukkan penerimaan dan mengharapkan layanan ini dapat terus tersedia. Hal ini menghasilkan tingginya keinginan para peserta untuk mengajak anak laki-lakinya mengakses layanan sirkumsisi. Lebih luas lagi, keseluruhan peserta sirkumsisi berharap seluruh laki-laki di Papua untuk mengakses layanan sirkumsisi medis. 

Apa yang bisa kita lakukan?

PPH UAJ berharap Kementerian Kesehatan RI mampu mendorong perluasan layanan sirkumsisi medis dengan menggunakan model ini ke dalam layanan HIV. Pada tingkat lokal, PPH UAJ berharap Dinas Kesehatan setempat dapat memberikan arahan, bimbingan, serta pendanaan untuk keberlanjutan program. Koordinasi dengan Dinas Pendidikan, Pemerintah Distrik/Kecamatan, Sekolah, Puskesmas, dan tokoh masyarakat menjadi hal yang penting untuk memastikan model Sirkumsisi Medis Sukarela bersifat partisipatif. Terakhir, PPH UAJ berharap ketiga puskesmas meneruskan dan memperluas layanan sirkumsisi medis sukarela sesuai dengan harapan masyarakat. Secara bersamaan, mendorong Dinas Kesehatan setempat untuk implementasi model Sirkumsisi Medis Sukarela. 

Unduh Ringkasan Kajian dari Sirkumsisi Medis Sukarela (SMS) bagi Laki-laki di Papua.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Skip to content