Penutupan lokasi dan lokalisasi untuk transaksi seks berdampak pada keberadaan dari pekerja seks yang membuat mereka semakin tersembunyi, semakin sulit untuk mengakses layanan kesehatan, dan semakin berisiko.
Pengetahuan dan pemahaman tentang dampak penutupan lokalisasi dan lokasi transaksi seks terhadap penanggulangan HIV masih cukup terbatas. Komisi Penanggulangan AIDS Nasional bekerja sama dengan PPH UAJ melakukan studi kualitatif terkait dengan dampak pembubaran lokalisasi/lokasi transaksi seks di Jayapura, Jakarta, Surabaya dan Bandung.
Metode kualitatif menjadi metodologi utama untuk mengetahui efektivitas kebijakan, serta dampak yang timbul akibat penutupan ini. Lokasi dan lokalisasi yaitu, Kramat Tunggak di Jakarta; Saritem di Bandung; Dolly di Surabaya; dan Tanjung Elmo di Jayapura.
Sebanyak 86 orang informan, terdiri dari pemerintah daerah, tokoh masyarakat, penyedia layanan IMS dan HIV, mucikari, dan pekerja seks. Kami menelusuri persepsi dan peran mereka dalam proses penutupan dan pasca penutupan lokasi tersebut.
Analisis data kualitatif menggunakan bantuan perangkat lunak Nvivo versi 11 untuk menentukan tema-tema yang sesuai dengan tujuan penelitian.