Search
Close this search box.

Berdiskusi tentang Penuaan yang Sehat Bagi Orang dengan HIV di Pre-Event Kedua Simposium PUI-PT PPH PUK2IS UAJ

Penuaan merupakan masalah yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Sebut saja populasi usia tua secara global yang terus mengalami kenaikan dan hingga saat ini ada setidaknya 7% dari total populasi dunia yang berusia di atas 60 tahun. Di konteks lokal, Indonesia terus mengalami peningkatan atas kelompok lanjut usia. Bila merujuk pada Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) di tahun 2019, penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia telah menembus angka 25,7 juta orang atau sekitar 9,6% dari total seluruh populasi di Indonesia. Jumlah ini juga diprediksi akan terus mengalami kenaikan hingga 10% di tahun 2020 dan 20% pada 2040 mendatang.

Indikasi pertumbuhan kelompok penduduk lansia membawa keresahan tersediri, pasalnya secara umum menjadi tua dapat diindikasikan dengan berkurangnya fungsi maksimal fisik dan kondisi kesehatan. Belum lagi perihal yang jamak ditemukan pada lansia seperti berkurang atau hilangnya fungsi pendengaran, katarak, dan kelainan refraksi, nyeri punggung dan leher dan osteoartritis, penyakit paru obstruktif kronik, diabetes, depresi, dan demensia. Tantangan permasalahan bagi kelompok usia lanjut kemudian bertambah rumit ketika irisannya adalah pada mereka yang hidup dengan HIV. Pasalnya, bagi orang yang hidup dengan HIV, proses penuaan dapat memicu masalah kesehatan yang lebih kompleks, baik secara fisik maupun mental. Misalnya saja, penggunaan ARV jangka panjang yang memiliki dampak negatif terhadap penurunan fungsi hati dan penyakit Hepatitits B dan C yang umum menjadi co-infeksi dari HIV juga dapat berkontribusi dalam memburuknya kondisi kesehatan hati.

Mengingat kompleksitas masalah multifaset yang membayangi orang dengan HIV di usia lanjut, PUI-PT PPH PUK2IS UAJ menyelenggarakan forum diskusi ilmiah dengan tajuk “Promoting Healthy Aging for People Living with HIV” atau yang diterjemahkan secara bebas menjadi “Mempromosikan Penuaan yang Sehat untuk Orang yang Hidup dengan HIV”. Diselenggarakan secara daring pada Kamis pagi (21/10), kegiatan ini bertujuan untuk memfasilitasi diskusi mengenai tantangan kesehatan yang dihadapi orang dengan HIV di usia lanjut dan bagaimana mendukung mereka untuk mencapai penuaan yang sehat. Selain itu, diskusi kali ini juga merupakan bagian dari rangakaian dari University Center of Excellence – AIDS Research Center International Symposium (UAIS) on HIV and Healthy Aging yang akan diselenggarakan pada November 2021. Dipandu oleh Dr.dr. Astri Parawita Ayu, Sp.KJ (PUI-PT PPH PUK2IS UAJ), kegiatan ini menghadirkan tiga orang pemateri yakni dr. Rensa, Sp.PD, K-Ger, FINASIM (Departemen Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Atma Jaya), Dr.dr Yuda Turana, Sp.S (Departemen Neurologi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Atma Jaya), dan Prof. Irwanto, Ph.D (PUI-PT PPH PUK2IS UAJ).

Membuka sesi pemaparan materi, dr.Rensa Sp.PD, K-Ger, FINASIM, mengungkapkan bahwa kompleksitas klinis pada orang dengan HIV usia lanjut akan meningkat. Salah satu penyebabnya adalah frailty yang umum terjadi pada kelompok lanjut usia dan permasalahan ini juga membayangi orang dengan HIV di usia lanjut. Frailty sendiri merupakan keadaan klinis peningkatan kerentanan dan penurunan kemampuan untuk mempertahankan homeostasis yang berkaitan dengan usia dan terpusat ditandai dengan penurunan cadangan fungsional di berbagai sistem fisiologis. Karakteristik frailty sendiri antara lain adalah penurunan berat badan, melemahnya kondisi tubuh, kelelahan atau daya tahan yang memburuk, kelambatan, dan aktivitas yang rendah.

Walaupun demikian, frailty pada orang dengan HIV di usia lanjut dapat diminimalisir dampaknya dengan menjaga kualitas hidup mereka dan melakukan serangkaian strategi antara lain menerapkan pendekatan multidisiplin yang berfokus pada pencegahan dan pengobatan penyakit penyerta sebagai perhatian terhadap risiko polifarmasi, terutama oleh interaksi obat-obatan yang dikonsumi atau drug-drug interaction (DDI), memperhatikan kualitas hidup terkait kesehatan, dan intervensi psikososial, termasuk memerangi stigma terhadap HIV serta orang yang hidup dengan HIV.

Setelahnya, Dr. dr. Yuda Turana, Sp.S. menjadi pemateri kedua dengan membawakan presentasi terkait mempromosikan kesehatan kognisi bagi lansia yang hidup dengan HIV. Dr.dr Yuda Turana, Sp.S menjelaskan gangguan neurokognitif terkait HIV mempengaruhi 30% orang dengan HIV terlepas dari penekanan virologis. Konidisi ini juga dipengaruhi oleh beban pribadi, sosial, dan ekonomi yang substansial dirasakan oleh orang dengan HIV di usia lanjut. Oleh karenanya, pengenalan dan pengobatan dini sangat penting dan dapat berdampak positif pada kualitas hidup dan hasil kesehatan bagi mereka yang hidup dengan HIV.

Sebelum memasuki sesi diskusi dan tanya jawab, Prof. Irwanto Ph.D menjadi pemapar penutup. Beliau berbagi materi tentang faktor-faktor psikososial penting dalam penuaan yang sehat bagi orang dengan HIV di usia lanjut. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa terdapat sejumlah tantangan yang mesti dihadapi yakni penyakit penyerta (comorbidity), termasuk karena efek jangka panjang ARV, rasa kesepian dan kehilangan, dan perasaan akan kurangnya atau hilangnya dukungan dari lingkungan sekitar. Oleh karena itu, perlu adanya perhatian khusus terhadap beberapa faktor yang dapat mengatasi permasalahan ini seperti perasaan keterhubungan trans generasi, kontribusi dukungan dan perhatian yang diberikan oleh lingkungan sekitar, kelompok jaringan (peer), dan perawatan paliatif.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Skip to content