Search
Close this search box.

Depresi, Keinginan Bunuh Diri, dan Penggunaan Napza pada Orang dengan HIV di Asia Pasifik, Reportase Spesial dari APACC 2021

Foto Hanya Ilustrasi.

Orang dewasa yang hidup dengan HIV memiliki tingkat yang tinggi dari depresi, penggunaan narkoba, dan gangguan terkait kesehatan mental lainnya. Perkiraan prevalensi gangguan kesehatan jiwa di antara orang dewasa yang hidup dengan HIV di wilayah Asia-Pasifik bervariasi secara substansial tergantung pada populasi penelitian, desain penelitian, dan metode skrining. Sayangnya, ditemukan fakta bahwa akses ke layanan kesehatan jiwa dan bagi mereka yang memiliki ketergantungan pada penggunaan napza di wilayah tersebut masih terbatas. Hal ini menjadi latar belakang dilakukannya penelitian dalam abstrak berjudul “High Rates of Depressive Symptoms, Suicidal Ideation, and Substance Use Among Adults Living with HIV in the Asia-Pacific Region” yang dipresentasikan pada Sabtu sore (19/06) di gelaran Asia Pacific AIDS and Coinfection Conference 2021 (APACC 2021).

Dituturkan oleh perwakilan tim peneliti, studi ini dilakukan dengan metode cross-sectional untuk memperkirakan prevalensi depresi, keinginan bunuh diri, dan penggunaan napza di antara orang dewasa yang hidup dengan HIV. Kriteria orang dengan HIV yang dilibatkan adalah mereka yang berusia lebih dari 18 tahun dan berada di bawah perawatan 5 situs TREAT Asia HIV Observational Database (TAHOD) di 5 wilayah, yakni Hong Kong SAR, Filipina, Malaysia, Korea Selatan dan Thailand. Studi ini kemudian menggunakan versi PHQ-9 dan ASSIST yang divalidasi dalam bahasa lokal. Jika tidak tersedia dalam bahasa lokal, terjemahan dan adaptasi budaya dilakukan sebagai bagian dari persiapan studi.

Proses skrining lantas dilakukan oleh staf studi terlatih atau diisi sendiri menggunakan tablet. Setelahnya, hasil skrining positif memicu tindak lanjut klinis sesuai dengan standar perawatan lokal. Data klinis dan pengobatan HIV diakses dari rekam medis peserta. Proses ini kemudian berlanjut hingga skor survei dirangkum dan dilaporkan secara deskriptif.

Dari 864 peserta penelitian yang terdaftar antara Juli 2019 dan Juni 2020, usia rata-rata adalah 39 tahun (IQR 31-47), durasi rata-rata hidup dengan HIV adalah 7 tahun (IQR (2,6-13,1), 758 (88%) adalah laki-laki, dan 460 (53%) terinfeksi HIV melalui hubungan seks sesama laki-laki. Viral load rata-rata adalah 33 kopi/mL (IQR 19-39), 92% memiliki viral load tidak terdeteksi (15); 164 (19%) menunjukkan keinginan bunuh diri di setidaknya beberapa hari selama 2 minggu terakhir (skor PHQ-9 pertanyaan 9 >1). Pada skrining ASSIST, 681 (80%) peserta penelitian pernah menggunakan setidaknya satu zat. Dari jumlah tersebut, 407 (60%) menggunakan tembakau, 597 (88%) alkohol, 130 (19%) ganja, 151 (22%) amfetamin, 101 (15%) obat penenang, 43 (6%) halusinogen, 33 (5%) inhalansia, dan 21 (3%) opioid. Skor ASSIST risiko sedang atau tinggi diamati pada 290 (70%) dari mereka yang pernah menggunakan tembakau, 221 (37%) pernah pengguna alkohol, 29 (22%) pernah pengguna ganja, 76 (51%) pernah pengguna amfetamin, 54 (54 %) pernah pengguna obat penenang, 4 (9%) pernah pengguna halusinogen, 14 (42%) pernah pengguna inhalansia, dan 4 (19%) pernah menjadi pengguna opioid. Dari mereka yang pernah menggunakan setidaknya satu zat, 425 (62%) memiliki skor ASSIST risiko sedang atau tinggi untuk zat apa pun.

Melalui serangkaian temuan tersebut disimpulkan bahwa prevalensi yang tinggi dari gejala depresi ringan hingga berat, keinginan bunuh diri, dan penggunaan napza di antara peserta studi menyoroti perlunya peningkatan integrasi kesehatan mental dan skrining dan manajemen penggunaan napza. Lebih jauh, diperlukan pula peningkatan rujukan ke perawatan spesialis untuk penilaian lebih lanjut atau intervensi, yang sifatnya tidak dapat diberikan dalam pengaturan klinis HIV.

Abstrak asli:

High rates of depressive symptoms, suicidal ideation, and substance use among adults living with HIV in the Asia-Pacific region

Ross J1 , Jiamsakul A2 , Avihingsanon A3, Lee M4, Ditangco R5, Choi J6, Rajasuriar R7 , Gatechompol S3, Chan I4, Melgar M5,8, Kim J6, Chong M7 , Sohn A1 , Law M2

1 TREAT Asia/ amfAR, Bangkok, Thailand

2 The Kirby Institute, UNSW , Sydney, Australia,

3 HIV-NAT/ Thai Red Cross AIDS Research Centre, Faculty of Medicine, Chulalongkorn University, Bangkok, Thailand

4 Queen Elizabeth Hospital, Hong Kong SAR,

5 Research Institute for Tropical Medicine, Muntinlupa City, Philippines

6 Division of Infectious Diseases, Department of Internal Medicine, Yonsei University College of Medicine, Seoul, South Korea

7 University Malaya Medical Centre, Kuala Lumpur, Malaysia,

8 Ateneo de Manila University, Quezon City, Philippines

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Skip to content